-->

Lollipop And Cotton Candy(13-16)







#13
Saat dikelas Bahasa, Devan yang duduk di depan Bagas nampak sesekali menoleh ke arah Bagas. Membuat Bagas bingung. "van lo kenapa?"  kata Bagas. "Eh.. Emm gue gpp"  kata Devan kemudian ia tidak menoleh ke belakang, melainkan memikirkan sesuatu. Sehingga membuat guru IPS Devan menegornya. "Devan. Kenapa kamu melamun? Apa yang sedang kamu pikirkan?"  tanya pak Gerald selaku guru IPS Devan, membuat Devan tersadar dari lamunannya. "Eh enggak pak"  kata Devan sembari menyengir.
 Lalu guru IPS pun melanjutkan pelajarannya hingga bel tanda pulang berbunyi. Setelah selesai berdoa, satu per satu murid keluar kelas. Saat Devan melirik ke arah pintu, ia menghelai nafas. Dan menggeleng kecil kepalanya, melangkah malas ke arah pintu lalu sapaan Kirey membuat Devan tersenyum kecil. Kirey sudah menunggu Devan di depan pintu saat bel pulang pertama kali berbunyi. "Hai ka Dev"  sapanya sambil tersenyum lebar dengan semangatnya sembari merangkul tangan Devan. "Hai juga re, semangat banget hari ini"  kata Devan tanpa melihat ke arah Kirey. "Iya ka, karena ini hari pertama aku bisa sedeket ini sama ka Dev, malah nggak nyangka kalo aku bisa pacaran sama ka Dev"  kata Kirey manja dan begitu polos.
Segitu sukanya kah Kirey sama gue. Benak Devan.
Sesampainya di Parkiran. Devan melihat kearah barat dimana Bagas dan Alysa bersama. Tadinya Devan ingin menghampiri Bagas dan Alysa tapi Kirey sudah menarik Devan untuk bergegas ke mobil milik Devan, sehingga Bagas dan Alysa memasuki mobil milik Alysa dan pergi dari sana. Selama di dalam mobil, Devan hanya terdiam mengabaikan perkataan Kirey yang sedaritadi mengoceh tanpa hentinya mengenai fashion dan idolanya Shawn Mendes. Ya, Kirey sangat suka Fashion dan mengidolakan Shawn Mendes. Menurut Kirey, Devan mirip dengan Shawn, padahal sudah jelas sangat beda jauh.
"Ka Dev, ka Dev denger aku ngomongkan?"  tanya Kirey menatap Devan bingung. Membuat Devan tersadar dari diamnya. "Iya. Denger kok"  kata Devan sesekali melihat ke arah Kirey. Membuat Kirey menghelai nafas dan membanting pelan tubuhnya ke sandaran joke bangku mobil dan menoleh ke luar mobil. "Ka Dev jangan boong, ka Dev lagi ada masalah? Cerita aja ka, daritadi tuh ka Dev cuma diem aja."  ungkap Kirey dengan nada lelah. "enggak kok, nggak ada masalah. Oh iya ka Dev nggak bisa nganter kamu ke Mall, hari ini ka Dev ada Les, kamu sendiri aja ya"  ungkap Devan bohong. Hari ini, Devan tidak ada jadwal Les, ia tidak mood untuk mengantar siapapun kemana pun. "Oh iya udah ka, gpp. Aku juga kayanya nggak jadi, ada tugas banyak banget"  ungkap Kirey.
Sedangkan, Bagas dan Alysa kini berada di Toko Chocolate yang sering jadi tongkrongan para remaja terutama para wanita. Dari kalangan SMP hingga SMA. "Jadi gimana?"  tanya Alysa yang baru saja duduk. "Jadi... Kita pesen aja dulu. Laper nihh"  kata Bagas yang juga baru duduk. Dan melepaskan gendongan tas dibahunya, menaruh tasnya di lantai di bawah meja. "Ah lo mah udah ketebak. Pasti makan. Hu.."  ledek Alysa sembari mengeluarkan laptopnya dan menyalakannya, membuat Bagas hanya menyengir lalu melihat menu yang ada di atas meja. Ya, semua menu berbahan coklat, meski ada rasa lain, garnis pun tetap terbuat dari bahan coklat.
"Heheh yaudah lo mau makan apaan nih. Gue traktir hari ini"  kata Bagas sembari melihat menu dan sesekali melihat Alysa yang terfokus pada layar laptop dihadapannya. "Gaya mau bayarin, di kantin aja lo cuma minum mineral doang"  ledek Alysa menatap fokus pada layar laptop dan jarinya mengetik beberapa huruf. "Dih sok tau. Beneran nih gue. Cepet. Sebelum gue berubah pikiran"  kata Bagas tatapannya masih melihat menu, bingung akan pilihan menu yang lezat-lezat. Ingin beli semua tapi ia ingat dengan dompet yang makin menipis.
"Gue pancake aja sama jus Alpukat"  pinta Alysa. Bagas pun hanya mengangguk dan juga mulai memanggil pelayan toko. "Mba saya pesen waffle 1, pancake 1, jus alpukat 2"  kata Bagas menatap pelayan toko yang sedang menulis pesanan. Lalu mereka menunggu, Bagas melihat sekeliling. "Tempatnya lumayan. Dekornya simple tapi keren juga"  kata Bagas. Seketika Alysa berhenti mengetik dan memandang Bagas dengan sedikit agak mengerutkan dahinya. "Lo baru pertama kali ke sini ya?" udah lama dekor toko ini kaya begini"  tanya Alysa. "Iya, gue baru pertama kesini. Ya walau rumah gue gak terlalu jauh dari sini. Tetep aja, gue gak pernah kesini"  kata Bagas menatap Alysa balik. Membuat Alysa hanya mengangguk kecil. Lalu Alysa juga mulai melihat sekelilingnya.
"Gas, lo jadi ikut lomba kan?"  kata Alysa kini memandang Bagas. "Gue nggak bisa ikut sa"  kata Bagas membuat Alysa mengerutkan dahinya lagi."loh kenapa? Bukannya selama ini lo ngincer lomba-lomba gitu ya, kok sekarang jadi berubah pikiran gitu?"  kata Alysa serius. "Lagi nggak mood aja, dan setiap orang itu pemikirannya selalu berubah-ubah kan?" jawab Bagas agak slengean. Membuat Alysa hanya mengangguk. "Oh iya LPJ  nya udah jadi?"  lanjut Bagas.
Membuat Alysa kembali menatap layar laptopnya. "Eh iya, belom nih. Baru kata pengantar hehe"  jawab Alysa. "Yaudah sini gue aja yang kerjain, gue nggak kebayang ntar kalo lo yang ngerjain, kapan kelarnya"  kata Bagas. "Yaudah nih,"  memutar laptop ke arah Bagas. Dan tiba-tiba.. "Yahh, batre nya aja low gini". Kata Bagas menghelai nafas berat menatap Alysa sinis membuat Alysa hanya tersenyum manja agar Bagas tidak larut kesal dengannya. "Heheh iya yak, yah charger nya di rumah, gimana dong?". Tanya Alysa. "yaudah ntar malem gue kerumah lo deh"  kata Bagas membuat Alysa hanya mengangguk kecil.
 Dan tak lama pesanan mereka datang, menikmati sembari mengobrol. Sementara itu, Devan mengirim pesan di grup biasa mereka bicara.

Devan : "woy kerumah gue sekarang"
Stev : "otw bang"
Erik : "otw bang(2)"
Radit : "otw bang(3)"
Bagas : "otw bang(4)"

Beberapa lama kemudian, Erik, Radit, Stev. Sampai dirumah Devan, langsung saja mereka duduk di sofa dan Devan menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makanan ringan seperti biasa. Mereka sembari membicarakan film ke sukaan mereka dan beberapa tugas-tugas sekolah. hingga Devan menyadari, bahwa Bagas belum juga sampai ke rumah Devan. "Bagas kemana sih? Katanya otw tapi sampe sekarang belum nyampe"  Kata Devan bete. "Lagi ada urusan kali dia.. Coba aja telepon van, jangan kaya orang susah deh"  kata Stev mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Bagas.
 beberapa lama kemudian nada dering ponsel Bagas berbunyi membuat Bagas berhenti menyantap makanannya dan kini tertuju pada ponselnya. "Kenapa Stev?"  kata Bagas, "lo dimana? Cepet ke rumah Devan woy"  ucap Stev. "Sorry bro, gue nggak bisa. Ada urusan nih"  kata Bagas sembari melihat arloji di tangan kirinya yang sebentar lagi adzan maghrib berkumandang.
Sedangkan Stev mengalihkan ponsel nya dan memberitahu ke Devan kalo Bagas ada urusan, tapi di selak dengan Erik yang sedang membuka path dan melihat post-an dari Alysa. "Ada urusan apaan gas? Bilang aje nge date ama Alysa"  teriakan Erik membuat Devan melirik ke Erik bete. "Tuh gas, lo ada urusan apaan emang?"  tanya Stev, membuat Bagas mengalihkan pembicaraan "udah ah, pokoknya gue nggak bisa sekarang,maaf deh. Bye". Kata Bagas kemudian memutuskan panggilan. Membuat Alysa mengerutkan dahi.
"Siapa gas? Temen-temen lo ya?"  tanya Alysa selesai menghabiskan makanannya. "Iya, biasa. Oh iya ntar kerumah gue dulu ya, taro tas terus langsung kerumah lo. Bentar lagikan maghrib, rumah gue deket dari sini. Kan nggak enak kalo maghrib-maghrib dijalanan"  kata Bagas melihat arlojinya sembari menggendong tasnya. "Oh yaudah kalo gitu"  diikuti Alysa. Bagas membayar bill lalu mereka bergegas ke mobil.
Sementara itu, "Bagas nggak bisa dateng, ada urusan dia"  ucap Stev menaruh ponselnya di kantong celana. "Alah bilang aja dia nggak mau di ganggu, lagi date ama Alysa". Ledek Erik. "Bagas sama Alysa jadian?"  tanya Radit. "Mungkin.Inget nggak waktu di Mall, Bagas muji  Alysa"  Ungkap Stev, "wah besok pj nih"  kata Erik. Sedangkan Devan hanya terdiam dingin. Melihat layar ponselnya, lebih tepatnya menstalk akun path milik Bagas. Tanpa berkedip. Nampaknya Devan begitu kesal.





#14
Saat sampai dirumah Bagas, sangatlah sepi hanya ada mama nya yang kini menyambut ke datangan Alysa dan Bagas. Sementara Bagas langsung bergegas ke kamar, dan bersiap untuk solat maghrib. Alysa menunggu di ruang tamu, ia sedang tidak solat. Sedangkan mama Bagas berada di dapur setelah menyambut kedatangan Bagas dan Alysa. Saat Alysa sedang melihat sekeliling rumah Bagas, ia bangkit dari duduknya melihat foto-foto yang ada di meja. Hingga beberapa saat kemudian ayah Bagas datang, Alysa langsung memberi salam. Kemudian Alysa kembali duduk. Beberapa kemudian, Alysa merasa ingin buang air kecil. ia langsung mencari kamar mandi, saat di dapur tidak ada siapapun. Langsung saja Alysa memasuki kamar mandi yang pas bersebelahan dengan sebuah kamar.
"Huu lega juga"  ungkap Alysa tersenyum, melewati kamar yang bersebelahan dengan kamar mandi, mendengar suara ribut yang lumayan kencang, menarik perhatian Alysa. sesaat ia terdiam di depan pintu kamar tersebut yang kebetulan pintu kamar itu tertutup tidak terlalu rapat. Ia bingung. Lalu berniat pergi dari sana, tidak ingin ikut campur. Tapi saat ingin melangkahkan kakinya, suara mama Bagas membuat Alysa berhenti sejenak. Ia sangat terkejut. Membuat mulutnya berbentuk huruf O. Lantas, kata yang di ucapkan mama Bagas ialah "besok saya urus surat Cerai itu" . membuat ia sangat merinding dan tidak menyangka. Akhirnya Alysa langsung pergi, tidak ingin mendengar lebih lanjut.
Alysa hanya terdiam di ruang tamu. Hingga Bagas pun selesai solat dan menuruni anak tangga, menegor Alysa. "yuk sa, mm.. Ada bokap gue ya?"  kata Bagas sembari melihat mobil ayahnya. "Iya, yuk gas" . kini mereka berada perjalanan menuju rumah Alysa. Sedaritadi Alysa hanya terdiam, sedangkan Bagas asyik mendengarkan radio yang kini memenuhi dalam mobil milik Alysa. Sembari menyanyi, mengikuti lagi yang ada di radio membuat Alysa menoleh ke arah Bagas dan tersenyum kecil. Orang tuanya Bagas mau cerai, tapi Bagas? Apa dia belom tau orang tua nya mau cerai? Kasihan Bagas. Benak Alysa.
Akhirnya mereka sampai di rumah Alysa, langsung saja mereka masuk kerumah mewah itu tanpa pikir panjang dan pertanyaan yang mungkin akan Bagas tanyakan.
"Mau minum apa gas?"  tanya Alysa, menaruh tas nya di sofa
"Terserah aja sa"  kata Bagas, membuka laptop Alysa.
"Yaudah bentar ya gas"  ungkap Alysa menuju ke dapur meninggalkan Bagas di ruang tamu, membiarkan Bagas melihat sekeliling rumah Alysa.
Beberapa saat kemudian..
 "Rumah lo sepi banget"  kata Bagas. "Biasa, urusan kantor. Di minum dulu gas"  tawar Alysa menghampiri Bagas sembari membawa jus mangga dan beberapa cemilan. Membuat Bagas hanya mengangguk kecil menatap kembali layar laptop dan mengetik, Bagas memutar lagu The Weight dari Shawn Mendes dari laptop Alysa agar suasanya tidak terlalu sunyi karena Bagas paling tidak suka dengan suasana yang tegang dan sunyi. Sedangkan Alysa membaca Novel dan kadang melirik ke layar laptop.
Seketika Alysa berhenti membaca tetapi pandangnya tetap ke Novel. Membuat Alysa menutup novelnya. Pandangannya kini mengarah ke Bagas.
"Bagas, lo beneran nggak ikut lomba?" tanyanya sekali lagi.
"Iyaa Alysa, kan udah gue bilang" jawab Bagas tanpa melihat Alysa
        "Jujur, lo sebenernya pengen ikut kan tapi ada hal yang ngebuat lo ngurungin niat lo. gas, gue boleh tanya sama lo?" kata Alysa ragu. "Iya, apa?" pandangan Bagas tetap terfokus ke layar laptop. "Ortu lo.. Mau pisah? "  kata Alysa dengan ragu membuat Bagas berhenti mengetik dan hanya tersenyum kecil, kemudian kembali mengetik. "Lo pasti denger mereka berantem ya?"  kata Bagas. "Maaf gue nggak sengaja denger pas gue selesai ke toilet."  jawab Alysa takut menyinggung Bagas, Bagas menatap Alysa. "Nggak usah minta maaf gitu, wajar kok. Toh mereka emang sering berantem. Huu.. Harusnya mereka agak ngecilin suara kalo lagi ada tamu"  ungkap Bagas yang bermaksud agar suasanya tidak tegang, dan agar Alysa tidak terlalu serius menganggap hal yang terjadi pada kedua orang tua Bagas.

        Alysa hanya bisa tersenyum kecil. Sering berantem? Tapi, kenapa bagas bisa sesantai itu. Bahkan, dia bisa nganggep hal yang terjadi sama keluarganya sekarang kaya nggak ada apa-apa. Ya tuhan, gimana kalo gue yang ada di posisi dia? Apa gue bisa sesantai Bagas. Benak Alysa, yang sedaritadi menatap Bagas datar. Membuat Bagas menatap Alysa balik.
 "Woy lo nggak kenapa-napa kan?"  Kata Bagas sembari melambaikan tangannya ke arah wajah Alysa, membuat Alysa tersadar. "Nggak usah serius gitu juga kali, pala lo botak loh terlalu serius"  canda Bagas membuat Alysa tertawa, saat Alysa tertawa Bagas merasakan ada hal yang berbeda.
Seperti melihat ribuan bintang di langit malam yang tenang dengan hembusan angin malam. Sangat tenang. Tak lama senyum Bagas memudar, ia teringat akan ketenangan keluarganya dulu. Dimana tidak ada keributan di rumah hingga akan membuat mereka berpisah untuk selamanya.
Tawa Alysa pun juga ikut memudar perlahan melihat Bagas yang kini terdiam dengan pandangan kosong. "Apa temen-temen lo udah tau hal ini?"  tanya Alysa. Membuat Bagas tersadar. "Belom, mereka belom tau. Dan nggak penting juga mereka tau hal ini."
"Tapi gimana pun juga, mereka kan sahabat lo gas, siapa tau dengan lo cerita sama mereka lo bisa lebih tenang dan rileks"  ungkap Alysa. "Mungkin lo bener, tapi nggak akan ngubah apapun. Gue bisa nenangin diri gue sendiri" Kata Bagas. "Nggak. Lo butuh temen-temen lo gas."  paksa Alysa meyakinkan Bagas. Tapi sepertinya Bagas mengacuhkan Alysa, ia hanya tersenyum kecil lalu melanjutkan mengetik. Alysa menghelai nafas melihat reaksi Bagas yang biasa saja.
Waktu menunjukan pukul 20:45, tugas Bagas pun selesai, ia berpamitan pulang. Langsung Alysa mengambil tas yang diletakkannya disofa dan beranjak ke kamarnya, sampai dikamar ia meletakkan tas di bawah kasur dan ia berbaring, menatap langit-langit kamar, entah apa yang ia pikirkan, yang pasti ia memikirkan sahabatnya Milla.
 sudah beberapa hari Milla tidak memberinya kabar, Alysa ingin kerumah Milla tapi selalu ada halangan. Akhirnya Alysa memutuskan untuk skype dengan Milla.
Alysa : "Millaaaa, lo kemana ajaa, nggak ngasih kabar. Nggak ada kabar. Ya ampun gue kan cemas banget sama lo"
Milla : "hai sa, sorry ya gue sakit sa, terus males megang ponsel hehe"
Alysa : "oh ya ampun.Yaudah besok gue nggak mau tau, lo harus masuk. Eh tapi keadaan lo sekarang nggak kenapa-napa kan? Udah baikkan kan?"
Milla : "mm.. Iya udah baikkan kok, tapii... Gue nggak bisa masuk besok"
Alysa : "loh kenapa?"
Milla : " selama gue sakit, gue dapet kabar dari mamanya Mike, kalo Mike sempet bergerak. Dan itu gerakan keduanya, jadi gue berniat besok buat nemenin mike seharian, siapa tau besok pergerakan ke tiga nya Mike"
Alysa : "ohh okey kalo gitu. Yaudah deh Milla, udahan dulu ya, gue cuma pastiin kalo keadaan lo baik-baik aja, lain kali coba buat kabarin gue heheh"
Alysa menutup percakapan itu, ia lega mendengar Milla dalam keadaan baik-baik saja. Begitu juga dengan keadaan Mike yang sepertinya ia akan siuman. Mike dapet respon positive, dan kemungkinan dalam waktu deket ini Mike bakal siuman, itu berarti Milla bisa bareng Mike lagi, mereka bisa kaya dulu lagi, Milla nggak sedih lagi. Syukurlah. Benak Alysa tersenyum manis, dengan perlahan kedua kelopak matanya mulai tertutup.
Ya. Alysa selalu memikirkan keadaan dan kebahagiaan orang lain. Hingga ia hampir tidak memikirkan keadaan dan kebahagiaannya sendiri.







#15
Pagi yang cerah, angin berhembus kencang menciptakan suasana yang damai dan tenang, nampaknya matahari juga ikut bermalas-malasan untuk terbit. Alysa selalu datang pagi, hanya ada beberapa siswa di Star High, dan hanya baru 6 orang di kelasnya, belum sempat menaruh tas ia langsung beranjak ke lapangan dengan masih menggandeng tasnya, ia duduk di tepi lapangan menatap ring basket dan terkadang menatap ke arah kantin. seketika ia tersenyum, seperti mengingat hal yang menyenangkan. Ya, bagaimana tidak. Milla sahabatnya akan terus tersenyum bersama orang yang selama ini ia tunggu dari tidur lamanya. Menantikan saat-saat Mike akan membuka matanya untuk yang pertama kali, entah kapan hal itu akan terjadi.
 Tapi, hal itu pasti terjadi. Alysa menghirup udara dengan mata tertutup dan mengembangkan senyum manisnya, lalu menghelai nafas dengan sangat tenang.
            Liat Mike siuman nanti, pasti Milla bahagia banget, udah lama Milla keliatan sedih, pura-pura bahagia dan pura-pura nggak ada apa-apa. Padahal dia mendem kesedihan. Tapi, bentar lagi dia bakal  dapet kebahagiaan dia lagi. Dan gue?, gue seneng bisa ngelupain kejadian dua tahun lalu, bisa bertemen lagi sama Naufal. Gue nggak mau terlalu berharap lagi. Gue pengen tenang. Benak Alysa sambil tersenyum lebar menunjukan lesung pipi nya yang membuatnya terlihat manis.
Tiba-tiba Naufal duduk disebelah Alysa. "Pagi sa, kenapa lo senyum-senyum sendiri"  tanya Naufal yang mengagetkan Alysa. "Eh Naufal. Pagi hehe"  balas Alysa dengan ceria. "Kayanya ada yang lagi dapet rejeki lebih nih, bisa dong makan-makan hahah"  ledek Naufal. "Ahh enggak kok, cuman lagi seneng aja"  kata Alysa sembari tersenyum, "iya, tapi seneng kenapa?  Ohh tau deh, sekarang udah nggak mau cerita lagi sama gue? Oh gituu.. Oke"  kata Naufal yang pura-pura ngambek. Membuat Alysa mendorong kecil Naufal. "Apaan sih lo, kaya anak kecil deh hahah..". Kata Alysa membuat Naufal hanya tersenyum. Membuat Alysa kembali terdiam dan tersenyum.
"Nggak kerasa ya sa, bentar lagi kita mau lulus. Hufftt.. Rasanya baru kemaren di Mos"  ungkap Naufal dengan pandangan kearah lapangan, begitu juga Alysa yang hanya tersenyum. Tiba-tiba saja Naufal beranjak dari duduknya dan mendekati bola basket yang berada persis di samping ring basket Lalu mendribble bola itu, membuat Alysa hanya melihatinya.
"Sa.. Sini"  ajak Naufal sembari mendribble basket. Alysa menggeleng, "nggak ah fal, nggak bisa". Kata Alysa. Membuat Naufal berhenti mendribble, menggendong bola basket, menuju ke arah Alysa dan menarik tangannya. Bermaksud mengajaknya bermain basket bersama.
      Kini mereka berdua sudah di tengah lapangan, dengan Alysa masih menggandeng tasnya. "Ihh fal, gue nggak bisa main basket. Udah ahh"  kata Alysa berniat duduk kembali tapi Naufal menarik tas yang Alysa gandeng. "Bisa. Lo bisa kok, waktu itu lo berhasil masukin ke ring kan? Pasti kali ini juga bisa"  paksa Naufal. "Itu cuman beruntung aja fal. Udah ahh gue nggak bisa". Melakukan hal yang sama ia bermaksud untuk kembali duduk.
"Berarti lo pengecut ya, mm.."  ledek Naufal membuat Alysa berhenti melangkah dan berbalik menghadap Naufal, Alysa paling tidak bisa mendengar remehan terhadap dirinya. Meski ia tidak bisa bermain, tapi ia akan tetap melawan yang meremehkannya. "Apa lo bilang? Ayo kita adu.."  kata Alysa menghampiri Naufal, meletakkan tasnya di samping ring, membuat Naufal tersenyum senang pasalnya ia berhasil membuat Alysa mau bermain basket. Kini mereka bermain bersama, hingga satu persatu siswa Star High mulai berdatangan.
"Udah ahh.. Capek."  Alysa berhenti bermain, menggambil tas dan menggandengnya. "Akhirnya Alysa main basket juga"  ledek Naufal. Kini mereka berdua melangkah ke lorong kelas. "Itu karna lo nantang gue. Dan akhirnya gue bisa kalahin lo kan, lagian sok ngeremehin gue"  kata Alysa menyombongkan diri. Naufal hanya mengiya kan nya. Pasalnya Alysa hanya berhasil memasuki bola 3 kali, sedangkan Naufal lebih dari Alysa. Saat mereka melewati ruang Osis, Devan yang ingin memasuki Ruangan Osis sempat melihat Alysa dan Naufal. Tapi, Alysa tidak menyadari keberadaan Devan, karena Alysa asik mengobrol dengan Naufal daritadi.
Saat dilorong yang memisahkan antara kelas IPS dan Bahasa. Naufal langsung menuju kelasnya dengan memberikan senyum lebar ke Alysa. Tapi tidak dengan Alysa, ia memutar arah menuju parkiran tanpa Naufal tahu. Alysa langsung memasuki mobilnya dan menghidupkan mesin, untung tidak ada orang yang menyadari kepergian Alysa, beberapa menit Alysa pergi, bel masuk berbunyi. Satpam sekolah siap menutup pagar.
Itu artinya Alysa bolos sekolah, entah apa yang ia pikirkan. Alysa menuju sebuah toko, ia membeli parsel buah. Lalu ia lanjut pergi, ia menuju ke sebuah rumah. Rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Dengan pagar hampir setinggi rumah dengan halaman depan rumah di penuhi bermacam jenis bunga dan rumput hijau yang nampak habis di basahi oleh air yang mengalir dari selang. Sebagaimana rumah Milla yang terlihat dari depan.
Berkali-kali Alysa mengetuk pintu rumah Milla tapi tidak ada jawaban. Alysa mengambil ponselnya di kantung seragam. Ia mulai mengetik beberapa angka yang ia hafal diluar kepala, kemudian menelepon Milla.
Alysa : "halo Milla, lo dimana sekarang?"
Milla : "gue di rumah sakit sa, kenapa?"
Alysa : "oh yaudah gue otw ya"
Milla : "eh tunggu sa, lo nggak sekolah?"
Alysa : "mm.. Yaudah, bye."
Alysa Langsung mematikan ponselnya. Tanpa berfikir panjang Ia bergegas ke arah mobilnya dan langsung menuju ke rumah sakit dimana Mike di rawat.
Milla : "sa? Yeeh di tutup. Dasar tuh anak."
Milla menaruh ponselnya di meja dekat sofa, kini Milla berada di Ruangan Mike dirawat dengan ditemani mama nya Mike. "Makasih ya say, kamu udah mau ngerawat Mike, udah relain segalanya demi Mike, udah mau ngertiin keadaan Mike, tante beruntung Mike milih kamu jadi pacarnya, tante pasti restuin kalian berdua kok"  ucap mamanya Mike sembari senyum terharu dan mengelus rambut Milla. Milla hanya tersenyum dan memandang lamat Mike.
"Iya tan, sama-sama. Kalo aku yang ada di posisi Mike, aku yakin Mike bakal ngelakuin hal yang sama, karena aku dan Mike pernah janji buat saling bareng-bareng sampai kapan pun dan dengan keadaan apapun"  ucap Milla, membuat mamanya Mike sungguh merasa beruntung dan bangga. "Sayang, tante titip Mike ya, tante mau ke kantor dulu, ada rapat hari ini. Nanti tante balik lagi, paling sorean"  ujar mama Mike yang mulai ingin bergegas pergi. "Iya tan, tenang aja, Milla pasti jagain Mike kok,"  ucap Milla, membuat Mamanya Mike tersenyum dan mencium kening Mike dan pergi.
Tidak lama mamanya Mike keluar, Alysa pun datang dari arah yang berlawanan. "Haii mil"  sapa Alysa pelan. Milla pun sempat kaget melihat kehadiran Alysa, "Alysa? Ngapain lo disini? Harusnya kan lo sekolah"  tanya Milla. "Ya gue mau jenguk Mike juga lah, gue pengen nemenin lo. Sembari pengen liat dia siuman. Siapa tau aja, hari ini dia siuman."  ungkap Alysa menaruh parsel buahnya di meja dekat tempat Mike tertidur.
"Iyaa sih, cuma ini masih pagi banget sa, masih jam 7, harusnya lo ikut pelajaran dulu baru nanti pertengahan hari lo bisa ijin."  jelas Milla mengingatkan Alysa, namun Alysa mengabaikan ucapan Milla, menurutnya itu bukan masalah baginya, hanya bolos sehari bukan masalah. pikir Alysa.
"gimana keadaan Mike, Mil? Udah ada pergerakan berikutnya?"  Tanya Alysa sembari menatap Mike. Membuat Milla juga menatap Mike. "Belum sa, belum ada pergerakan lagi". Nada Milla seolah ingin menyerah, membuat Alysa menepuk pundak Milla pelan, "yaudah kita tunggu aja ya, lagi pula.. Ini kan juga masih pagi. Oh iya lo udah sarapan belom?". Tanya Alysa, sembari mengeluarkan sesuatu dari tas sekolahnya, membuat Milla melihat apa yang Alysa keluarkan. "Belom sa, tadi pas bangun gue langsung ke sini"  ungkap Milla. Membuat Alysa seolah-olah kaget. "Berarti lo belom mandi dong? Ihh bauuu"  ledek Alysa sembari menjauh sedikit dari jarak sebelumnya, "ih udahh dong, maksudnya abis mandi langsung kesini sa"  kata Milla membuat Alysa tertawa kecil. "Yaudah, mending makan dulu yuk, nih gue sengaja bawa bekel, soalnya gue udah niat mau kesini, kalo beli. Kan masih pagi mana ada tukang makanan sepagi ini kan, toh makanan disini pasti mahal-mahal."  kata Alysa yang kini membuka bekelnya.
Milla menghampiri Alysa yang kini duduk di sofa. "Ada-ada aja lo sa, bukannya sekolah juga"  Kata Milla sedikit meledek, tapi Alysa hanya mengangguk sembari mengunyah suapan pertama. Saat Milla ingin makan, Alysa melarang Milla, membuat Milla menatap Alysa bingung. "jangan yang ini. Ini punya gue."  kata Alysa, sembari mengambil sesuatu didalam tasnya, membuat Milla sedikit agak menunggu dengan bingung.
"Nah ini baru buat lo, nasi goreng nggak pedes tambah ayam rica-rica dan jamur. Kalo yang punya gue pedes. Lo kan nggak suka pedes dan lo alergi udang. Jadi, sengaja gue buatin buat lo"  ungkap Alysa, memberikan bekel yang satu lagi kepada Milla. Membuat Milla tersenyum lebar, "ya ampun Alysa, so sweet banget sihh, thanks yaaa sa."  kata Milla senang sekaligus bangga. Alysa membalas senyuman Milla. Mereka kini memakan bekelnya.





#16
Sementar di Star High, kepala sekolah memanggil Alysa dan Bagas untuk menghadap ke ruangannya, Bagas pun langsung ke ruangan kepala sekolah, sesampainya, ia merasa sedikit agak terkejut karena tidak ada Alysa disana.
"Permisi bu"  kata Bagas, membuat Kepala sekolah menatap Bagas. "Iya, Kamu Bagas?"  Tanya kepala sekolah. "Iya bu" . "ini uangnya, ibu  kasih ke kamu, semoga kalian menang ya dan membanggakan sekolah"  ucap Kepala sekolah memberi uang ke Bagas. Bagas menerima dan mengucapkan terimakasih, lalu ia bergegas kembali ke kelasnya. Selama pelajaran berlangsung, diam-diam Bagas mengabari Alysa dan meminta untuk bertemu saat istirahat. Pesan terkirim.
Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi. Bagas mengambil ponselnya di kantung celana. Melihat layar yang tidak ada balasan dari Alysa, ia hanya menghelai nafas. Seketika suara Devan membuat Bagas harus melihat ke Devan. "Gas. Ikut gue ke Ruang Osis"  pinta Devan membuat Bagas bingung dan menuruti perkataan Devan dengan berjalan di belakang Devan.
Sepertinya Devan ingin berbicara mengenai lomba Volly, pasalnya Osis harus tahu mengenai ini. Sesampainya di depan Ruang Osis, Kirey memanggil Devan, membuat Devan dan Bagas menoleh ke arah suara. "Ka Dev, kantin yukk"  ajak Kirey, membuat Devan harus tersenyum kecil. "Kamu duluan aja ya, Ka dev masih ada urusan bentar"  ungkap Devan. Membuat Kirey tertunduk. "Mm.. Yaudah deh ka, aku ke kantin duluan ya"  ucap Kirey tersenyum sembari melangkah ke kantin membuat Devan juga ikut tersenyum kecil, lalu Devan dan Bagas memasuki Ruang Osis.
"Van sebenernya ada apaan lo ngajak gue kesini?"  tanya Bagas dengan santai sembari melihat sekeliling. "Oh gue tau, lo mau nanya tentang lomba remaja Volly kan? Yah gue nggak bawa proposalnya"  lanjut tanya Bagas. Membuat Devan hanya menatap Bagas datar. "Apa hubungan lo sama Alysa?"  tanya Devan membuat Bagas tercengang. "Ma..mak..maksud lo apaan van? Kok tiba-tiba lo nanya begituan. Nggak penting banget"  jawab Bagas sedikit agak tertawa bermaksud membuat suasana tidak terlalu serius, tapi tidak dengan Devan yang masih serius dan datar. "Itu penting buat gue. Semenjak lo sama cewek nggak jelas itu. Lo lebih mentingin bareng dia dibanding ama gue dan yang lain, lo lupa sama kita-kita, lo sok sibuk."  ungkap Devan. "Jangan bilang Alysa cewek nggak jelas van. Dia nggak ada hubunganya sama semua ini. Maaf kalo akhir-akhir ini gue jarang kumpul bareng kalian, ada hal yang mesti di urus. Selebihnya gue lagi nyelesain proposalnya Alysa."  jelas Bagas.
             "Nggak usah banyak alesan gas, gue sama yang lain tau kok lo ada hubungan sama Alysa kan?  Udahlah gas, Alysa tuh bukan cewek baik-baik, dia sengaja deketin lo. Manfaatin lo buat bikin proposal dan sedangkan dia lagi asik sama cowok lain."  ucap Devan bermaksud memanas-manasi Bagas, dan cowok lain yang Devan maksud ialah Naufal.
"Cukup van, Alysa itu cewek baik-baik, dia nggak sama sekali manfaatin gue. Gue yang mau bantu dia buat bikin proposal. Dia nggak paham betul dengan proposal. Jangan jelek-jelekin Alysa lagi van."  jawab Bagas yang mulai kesal dengan Devan. Membuat Devan sempat terkejut melihat Bagas yang membela Alysa.
Pasalnya Bagas selalu membuat lelucon tentang Alysa saat mereka berkumpul tapi mengapa sekarang berbeda. "Kan. Lo terus belain cewek nggak jelas itu. Di pelet pake apaan lo sama dia"  kata Devan membuat Bagas membesarkan bola matanya, terkejut mendengar Devan berbicara seperti itu.
" Jaga omongan lo!  Sekali lagi lo ngomong yang enggak-enggak tentang Alysa. Lo liat van. Dan satu lagi, Seenggaknya Alysa lebih baik dari lo dan mantan-mantan lo yang nggak jelas itu."  ungkap Bagas kesal, kemudian meninggalkan Devan sendiri di Ruang Osis, membuat Devan terdiam.
Memikirkan perkataannya tadi, apa ia tidak terlalu jahat berbicara begitu mengenai Alysa?.
   Devan nampak menyesal telah berkata seperti itu, kenapa emosi nya tidak bisa ia kontrol. Devan menggaruk dan memberantaki rambutnya. Membuat Rambut Devan kini berantakan tak teratur.
Sementara itu, di rumah sakit. Alysa dan Milla masih menunggu pergerakan Mike, mereka menunggu di sofa sembari menonton televisi yang ada di ruangan Mike tertidur. Saat mereka asik menyaksikan acara televisi, Alysa seketika melihat ke arah Mike dan tiba-tiba jari-jari tangan Mike mulai bergerak-gerak, membuat Alysa sangat terkejut, membuat mulutnya berbentuk huruf O kemudian ia menyengir lebar, mengepak-epakkan telapak tangannya seolah memberitahu ke Milla bahwa Mike melakukan pergerakan ketiga nya.
Dan itu tandanya ia mulai siuman. "Mill.. Mill..Milla.. Liat, liatt Mike.. mikee bergerak"  ucap Alysa terbata-bata, membuat Milla langsung melihat ke arah Mike dan ia juga Melihat jari-jari Mike bergerak, langsung membuatnya sangat terkejut, menghampiri Mike, di ikutin Alysa yang mengarah ke pintu bermaksud memanggil dokter dari Ruangan Mike.
Tidak lama kemudian, dokter pun datang dengan beberapa suster, mereka memeriksa keadaan Mike, membuat Milla dan Alysa menunggu sejenak. Setelah menunggu, dokter pun terlihat senang.
"Gimana dok keadaannya? Itu udah pergerakan ketiga."  ungkap Milla,  "kabar baik, keadaan pasien sekarang sudah stabil, beberapa menit dia akan siuman, setelah siuman maka pasien akan menjalankan terapi untuk memulihat otot-otot dan sistem tubuhnya agar kembali seperti biasa. Baik saya permisi dulu"  jelas dokter, membuat Alysa dan Milla tersenyum senang, pasalnya Mike sudah membaik dan sudah pasti ia tidak apa-apa. Milla memeluk erat Alysa, dan ia teringat akan mamanya Mike, langsung Milla menelepon mama nya Mike meninggalkan Alysa sendiri di ruangan Mike berada.
Alysa mendekat ke arah Mike, melihat lamat wajah Mike dengan tersenyum. Akhirnya lo sadar juga dari masa koma lo ya Mike, lo bisa bareng lagi sama Milla. Perjuangan Milla nggak sia-sia. Benak Alysa, yang dengan tiba-tiba suara telepon ponsel Alysa berbunyi membuatnya kaget. Ternyata Bagas mengirim WhatsApp, tapi Alysa hanya membacanya dan tidak terlalu memperdulikannya, dan langsung memasukan kembali ponselnya ke dalam kantong baju seragamnya dan melangkah ke arah sofa.











Terimakasih sudah berkunjung^^
Selamat Membaca! Silakan berpendapat Jika ada yang tidak benar :)


Related Posts

There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter