-->

Lollipop And Cotton Candy(29-32)

                                                         




#29
Sampai di dalam mobil pun. Alysa terdiam. Ia tak menyangka Ayah akan bersikap seperti itu pada Devan. “maafin Ayah nak. Tapi, Ayah hanya ingin yang terbaik buat kamu. Bukan anak kaya dia” Ayah memulai pembicaraan. “Ayah. Devan itu anak baik-baik. Dia gak sama kaya yang ayah pikirin sekarang. Ayah kenapa bisa ngomong gitu? Emang Ayah pernah ketemu Devan sebelumnya?” ucap Alysa memastikan. “iya. Ayah pernah ketemu dia. Waktu ayah sampai ke Jakarta, ayah hampir ingin menabrak dia. Karena dia lewat di depan mobil Ayah tiba-tiba.” Jelas Ayah. “tapi yah. Bisa aja Devan waktu itu lagi buru-buru. Alysa kenal Devan yah. Nggak mungkin Devan sengaja ngebut.” Jelas Alysa yang mencoba meyakinkan sang Ayah. “tetap saja. Ayah tidak suka kalo kamu bergaul dengan dia. Kenapa kamu sangat membela dia? Jelas-jelas dia bukan anak baik-baik. Berandal”  ucap sang Ayah membuat Alysa hanya menghelai nafas dan memandang ke arah jalan dengan wajah bete. Ayah salah. Devan itu bukan berandal. Dia itu anak baik . gak semua orang bisa ngeliat kebaikan dia. Karena dia, gak pernah mau nunjukin ke orang-orang. Dia gak gila akan pujian. Andai ayah bisa ngeliat kebaikan Devan. pasti Ayah bisa akrab kaya Ayah akrab sama Bagas. Benak Alysa. hingga sampai rumah. Alysa langsung ke kamarnya untuk membersihkan diri, setelahnya ia membaca Novel sambil berbaring.
DREEETT... DREEEETT!! Ponsel Alysa  bergetar. Tanda pesan masuk. Alysa meraih ponsel yang ada di meja belajarnya. Devan: 1 New Message. Tertera pada layar ponsel Alysa. alysa pun langsung membuka WhatsApps dari Devan.

 Devan Edgar
Woiiii sa! SEMANGAAATTT buat besok. Lo harus menang. Jangan malu-maluin Star High. Dan jangan malu-maluin gue sebagai mantan ketua Osis. Oke. baca 6:21 PM


Saat membaca pesan dari Devan. Alysa mengembangkan senyumnya dan langsung membalasnya. Ia menaruh Novelnya di meja belajarnya.
                                                                                                                       Alysa Avriel
          Iya iya bawel. Makasih udah di dukung ya, cowok lollipop wkwkwkw.
Btw maafin sikap Ayah gue tadi sore ya 
baca 6:21 PM


Devan Edgar
             Iya gpp, santai aja sama gue. Lagian itu juga salah gue, wajar bokap lo marah banget
                                                                                                                                                            baca6:22 PM

                                                                                                                        Alysa Avriel

             mmm.. kalo gue boleh tau, emang kejadian sebenarnya itu gimana??
                                                                                                                                                    baca 6:24 PM



Devan Edgar
          Kepo kan wkwkwk. Besok-besok ye. Oh iya, besokkan lo gak ada disekolah. Yaudah kapan-kapan aja ya gulali. Sekarang mending lo istirahat. Tadi kan abis latihan pasti capek.
                                                                                                                             baca 6:28 PM


                                                                                                                            Alysa Avriel
            Yeh lollipop! nyebelin-_- iya lollipop bawel. Ini juga lagi istirahat tapi lo menganggunya. baca 6: 30 PM


Devan Edgar
           Oh jadi gue ganggu lo. Eh lu udah makan belom?
                                                                                      baca 6:31 PM

                                                                                                                                                       Alysa Avriel
           Dari kapan tau elo emang penganggu ulung. Belom, kenapa? mau beliin gue makan?
                                                                                                                         
baca 6:35 PM




Pesan pun hanya dibaca oleh Devan dan tidak di balas lagi. Sempat merasa bete. Namun ia pun juga tidak terlalu peduli. Saat Alysa menaruh ponselnya, sang Ayah memanggilnya untuk makan malam. Alysa bergegas menuju pintu kamar. Tidak lama kemudian, nada dering ponsel Alysa berbunyi. Ada Panggilan masuk. Alysa kembali ke meja belajar, mengambil ponsel dan melihat nama sih penelepon. Ia mengerutkan dahinya saat melihat nama sih penelepon. Lalu, ia mengangkatnya. “Halo Devan kenapa?” ucap Alysa datar. “elo dimana?” tanya Devan serius. “gue dirumah lah” jawab Alysa. “lo dikamarkan? Coba liat ke luar jendela, sekarang.” Perintah Devan. “dih ngapain? Kalo gue liat ke luar jendela, lo bakalan ada di luar gitu? Gimana ceritanya coba, tadi kita aja abis WhatsApp-an terus lo tiba-tiba ada di luar. Jangan bercanda deh” Alysa membantah Devan.
                yee.. siapa lagi yang bercanda. Udah sih nurut aja, bawel banget ucapnya dengan kesal. Akhirnya Alysa membuka Hordeng jendela dan benar saja. Devan menunggu di samping rumahnya dengan mengendarai motor ninja merahnya. Alysa yang melihat ke beradaan Devan, sempat terkejut. Dan takut Ayahnya melihat adanya Devan. aduhh lo ngapain coba kesini kata Alysa ketakutan. yaudah sih keluar aja dulu perkataan Devan menutup pembicaraan. Alysa langsung bergegas ke bawah. Alysa mau kemana nak? tanya sang Mama yang berada di meja makan sedang mempersiapkan makan malam. Alysa pun mati kutu. ehh mama.. ini ma, Alysa mau keluar sebentar jawab Alysa panik. ngapain malem-malem gini keluar? Ini waktunya makan malam nak, ayoo sini kita makan ucap Ayah. Membuat Alysa benar-benar mati kutu. eh ini yah, Alysa mau kerumah temen dulu sebentar. Mau nanya tentang lomba buat besok yah. Boleh ya yah pinta Alysa memohon. yaudah tapi kamu makan dulu baru kerumah temen kamu jawab Ayah. nanti aja deh yah. Nanti keburu malem. Yaudah ya yah, ma. Alysa pamit keluar katanya dengan buru-buru.

            Alysa menemui Devan yang sedang memainkan ponselnya. eh cowok lollipop. Ngapain sih kesini. Lo mau nyari mati ya. Kalo nanti Ayah gue liat gimana. Ucap Alysa yang tiba-tiba marah-marah. lo gila ya? Dateng-dateng marah-marah gak jelas. Mending lo ikut gue sekarang sebelum nyokap bokap lo tau ajak Devan yang siap memakai helm. eh mau kemana? tanya Alysa. udah ikut aja sih. Ayoo Paksa Devan menarik tangan Alysa agar ia cepat menaiki motor. Namun, Alysa melepaskan tangan Devan. tapi baju gue? Masa gue pake baju tidur sih. Yang bener aja ucapnya. Tanpa berfikir panjang Devan lengsung melepaskan Hoodie biru donkernya dan memberikannya kepada Alysa. nih lo pake hoodie gue biar gak kedinginan dan biar gak ketara lo pake piyama. Cepet pake terus cepet naik Devan yang sudah siap untuk mengendarai Ninja merahnya. Alysa memonyongkan mulutnya saat Devan tak melihat ke arahnya dan mengenakan Hoodie yang di berikannya. Lalu, mereka pun pergi. Angin malam yang dingin menusuk-nusuk tulang. Devan mempercepat lajunya, namun Alysa hanya berpegangan pada pundak Devan. van kita mau kemana sih? tanya gadis dibelakang Devan dengan samar. bentar lagi juga sampe kok. Jangan bawel deh jawab Devan membuat Alysa bete.
            Dan akhirnya mereka sampai disebuah tempat seperti pasar malam, banyak pedagang kaki lima dan pengunjung-pengunjung dari mana saja. Benar-benar indah, tempat yang bersih teratur, tidak berdesak-desakan. Alysa sangat mengagumi tempat ini. Ia melihat penataan lampu yang indah, bohlam yang di gantung berlawanan arah dengan warna-warna yang sangat indah. Senyum Alysa kini membentuk simpul  layaknya simpul pramuka.
ini..ini tempat yang kerenn. Bagus banget ucapnya tanpa berkedip. Devan hanya tersenyum. Lalu ia memasuki tempat itu berbaur dengan pengunjung lainnya. ayoo ajak Devan yang terlebih dahulu memasuki tempat itu, diikuti oleh Alysa di belakang yang dengan masih mengagumi suasana disana. Setelah hampir lama berjalan mencari sesuatu. Devan berhenti di salah satu pedagang kaki lima. Bakso Mas Yanto. Sebuah nama yang tertulis dikaca gerobak. Tanpa pikir panjang Devan duduk di dalam. Namun, Alysa masih diluar, berdiri menatap Devan dengan diam dan sedikit bingung. ayo masuk. Kenapa masih berdiri? ajak Devan dari duduknya. gue mau duduk diluar aja. Biar bisa ngeliat pemandangan disini  ungkap Alysa dengan sangat polos. Membuat Devan menghelai nafas dan terbangun dari duduknya. Menuruti kemauan Alysa. mereka sekarang duduk di luar, sembari melihat lalu lalang pengunjung dan suasana disana dengan sejuknya angin malam yang berhembus. jadi, mau pesan apa? kata Devan sembari melihat menu yang ditulis di kertas yang di laminating. Gadis berkuncir satu itu menatap Devan. jadi lo ngajakin gue kesini buat makan bakso?  ucapnya tak percaya. Devan yang mulanya hanya berkomunikasi lewat WhatsApps untuk memberikan dukungan, menyuruhnya beristirahat, hingga menanyakan apa ia sudah makan atau belum lalu hanya dibaca. Tiba-tiba datang kerumahnya dan mengajaknya makan malam diluar. iyalah. Terus kita disini ngapain kalo bukan makan. Kan kata lo, lo belom makan. Jadi cepet mau pesen apa? ucap Devan yang masih terfokus pada menu yang berada di hadapannya.

            Alysa benar-benar tak mengerti Devan. apa yang ada dipikirannya? Mengapa ia sangat semisterius ini. Apa yang ingin ia perbuat? Hati Alysa kini merasa bimbang sekaligus kagum pada Devan. “ye malah ngeliatin gue. Gue tau gue ganteng, udah cepet pesen. Pengen gue catet nih” ucap Devan yang sudah mencatat pesannan untuk dirinya. “ihh apaan sih! . gue pesen bakso mercon jumbo sama es teh manis” katanya. Devan mencatat pesanan Alysa lalu memberikannya pada sang penjual. Mereka menunggu lumayan lama karena banyaknya yang mengantri. Alysa yang tak henti-hentinya melihat sekelilingnya dengan tersenyum manis tak sadar bahwa Devan memperhatikan dirinya. “van, lo tau darimana temen seindah ini?”  tanya Alysa yang masih mengamati sekelilingnya. “gue tau dari abang gue. Dulu waktu gue kelas 3 SD abang gue suka ngajak gue kesini. Gue juga kagum banget sama tempat ini. Bener-bener sederhana tapi menarik. Liat disana, ada turis juga yang datang ketempat ini” Devan menunjuk kearah salah satu pedagang yang di kunjungi oleh turis.

            “pas gue lagi larut dalam kesedihan, abang gue langsung ngajak gue kesini. Tempat ini cocok dikunjungi saat  hati lo gak nentu”
lanjutnya. “elo sedih karena apa?” tanya Alysa. Devan yang mendengar pertanyaan Alysa hanya bisa tersenyum dan tertunduk. “bukan hal yang penting kok”
ucap Devan. “van. Cerita sama gue. Gue gak akan bocor kok. Janji” Alysa memaksa. “waktu gue kelas 6 SD papa gue meninggal karena penyakit kanker darahnya yang udah stadium lanjut. Dan saat itu, gue ngerasa kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup gue. Orang yang paling deket sama gue. Sulit rasanya kehilangan orang yang kita sayang. Gue paling deket sama papa, sedangkan abang gue paling deket sama mama. Tapi bukan berarti gue jauh dari mama. Mereka ngasih kasih sayangnya buat gue dan abang gue. Hingga akhirnya gue kehilangan salah satu kasih sayang dari mereka. papa ngajarin gue banyak hal, waktu gue belajar naik sepeda untuk yang pertama kalinya, gue sering jatuh dan pengen nyerah tapi papa sering bilang kalo anak laki-laki itu harus kuat dan gak boleh cengeng. akhienya gue bangkit dan gue terus nyoba sampai gue bisa. Setahun setelah meninggalnya papa, mama nikah lagi. gue gak setuju dengan keputusan mama. Karena, papa baru setahun ninggalin gue,abang dan mama gue. Bisa-bisanya mama secepat itu berpaling dari papa. Apa mama gak tulus cinta sama papa sampe dia tega cari yang baru dengan waktu cepat.  Jelas Devan, kini mata Alysa berkaca namun ia menahan agar air matanya tidak jatuh. Tidak ingin melihat Devan cemas karena dirinya. mungkin maksud mama lo gak gitu van. Mungkin saat itu lo lagi terpuruk dan mama lo gak bisa terus-terusan liat lo kaya gitu, jadi mama lo coba buat cari pengganti papa lo. Biar lo bisa seneng lagi. inget van, jangan berfikir negative terhadap mama lo. Gak ada orang tua yang tega sama anaknya van jelas Alysa. Devan hanya terdiam.

            permisi.. ini pesanannya tiba-tiba sang penjual mengantarkan pesanan. makasih mas. Mmm.. yaudah yuk van mending makan dulu  ucap Alysa sembari mengaduk-aduk baksonya. mereka menyantap makanan yang telah di pesan sambil berbincang-bincang disertai tawa. Membicarakan tentang Osis. Kebodohan yang dilakukan teman-temannya.  Kemanjaan Kirey yang membuatnya sering kali ingin merasa mual.  Dan kekonyolan teman sekelas masing-masing. Tak lupa juga mereka mengabadikan moment yang bersejarah. Mereka berfoto bersama untuk yang pertama kalinya dengan gaya yang super  absurd. Dan terkadang salah satu dari mereka minta di hapus tapi tak kunjung di hapus. Mereka juga membuat Boomerang salah satu aplikasi Instagram yang sedang hits-hits nya. Dan membuat tawa Alysa pecah. Disaat yang bersamaan Devan menyadari sesuatu. Menyadari hal yang tak pernah ia sadari sebelumnya. Ia melihat segala kepolosan Alysa yang belum pernah ia lihat  sebelumnya. bukan seperti Alysa yang jutek dan tomboy. Tawa yang tulus karena dirinya. Membuat Alysa nampak begitu lebih cantik dari sebelumnya. Mungkinkah Devan merasakan cinta yang sesungguhnya? Atau ini hanya sebuah kenyamanan biasa? Mengapa dia tak mengerti semua ini.
            Alysa melihat arloji di tangan kirinya, menyadari bahwa malam semakin larut. van, kayanya kita mesti pulang sekarang deh. Gue takut Ayah gue marah-marah  ucapnya panik. oh yaudah yuk sa.  Devan pun mulai bergegas. Di hantui rasa cemas, Devan mempercepat lajunya membuat Alysa memegang erat pundak Devan, cengkraman Alysa menunjukan betapa paniknya dia. Lama di perjalanan, Akhirnya mereka pun sampai di samping rumah Alysa. lantas membuat gadis berkuncir satu lekas turun dari motor dan melepaskan Hoodie donker yang dikenakannya. thanks ya van udah anterin pulang dan makasih hoodienya ucap Alysa memberikan Hoodie ke Devan. iya sama-sama sa, mmm pegang aja hoodienya besok bisa lo balikin ke gue. Kata Devan. aduhh gimana sih, kalo bokap gue liat gue pake hoodie ntar dia tanya-tanya sama gue. Tadi keluar gak make kok pas pulang make hoodie jelas Alysa. ohiya ya lupa gue heheh kata Devan tercengir. yaudah ya bye. Makasih ya buat malem ini  ucap Alysa yang mulai berjalan menuju pintu gerbang. eh sa  ucap Devan. Alysa menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. iya van?  tanyanya. good night my cotton candy ucap Devan sangat lembut disertai senyum manisnya yang jarang ia tunjukan.

            Alysa terkejut mendengar Devan berbicara selembut itu apalagi disertai senyumnya yang sangat manis dan menawan. ee.. good night too lollipop balas Alysa. Devan menghidupkan mesin motornya dan melaju pergi. Alysa membiarkan motor Devan lewat terlebih dahulu. Kini, Alysa masih terdiam sembari mengingat perkataan Devan. My Cotton Candy? My? Omg!. Benak Alysa. ia membesarkan kedua bola matanya, mulutnya membentuk huruf O dan menepuk kedua pipinya. Dan langsung ia masuk kedalam rumah dengan wajah yang berseri-seri. ekhemm dehaman Ayah membuat hal indah pergi begitu saja. a..ayahh? ucap Alysa kaku. darimana aja kamu? Udah jam berapa ini? Besok kamu kan lomba. Harus istirahat, ini malah keluyuran di luar tegas Ayah. maaf yah, tapi tadi Alysa kan udah bilang mau kerumah temen, mau ngomongin tentang lomba besok Alysa berbohong, ia menundukan kepalanya. bener? Nggak boong? Atau kamu jalan sama cowok berandal itu? Ayah berusaha menebak-nebak. Mata Alysa membelalak. Ia bingung dan takut jika Ayahnya mengetahui kebohongannya. enggak kok yah, Alysa gak jalan sama dia Alysa berusaha meyakinkan sang Ayah. oke Ayah percaya. Sekarang cepet masuk ke kamar kamu, istirahat. Besok kamu lomba. Harus butuh tenagga yang fit perintah sang Ayah. Alysa bergegas ke kamar. Ia pun bergegas menaiki anak tangga dengan senyum-senyum yang ia tahan karena kejadian tadi. Lalu memasuki kamar dan segara tidur dengan meninggalkan senyum yang mulai samar dilihat.







#30
            Baru saja Alysa selesai mandi. Ponselnya sudah berbunyi sedaritadi. Alysa segera mengeringkan rambutnya menggunakan hairdrayer, setelah sudah lumayan kering ia mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja belajar. Melihat ada 3 pesan dari Naufal, 2 pesan dari Milla, 1 pesan dari Tia,  2 Pesan dari Mike, dan 3 Pesan dari Devan. semuanya memberikan Alysa semangat. Tanpa berfikir panjang. Ia membalas semua pesan yang masuk. Ketika sudah ia balas satu per satu Alysa bergegas menuju meja makan untuk sarapan pagi dan meletakkan kembali ponselnya ditempat semula. Namun saat ia ingin membuka pintu nada dering ponsel Alysa pun berbunyi. Entah siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini. Alysa pun melangkahkan kakinya menuju meja belajarnya, mengambil ponsel dan melihat nama sih penelepon pada layar ponselnya. Bibir tipisnya mengembangkan senyuman kecil lalu Ia menerima panggil tersebut.

            “Pagi Alysa!” sebuah sapaan yang terdengar tak asing ditelinga Alysa. Ucapan selamat pagi  yang tidak pernah ia dengar lagi selama 1 tahun lebih dan kini ia mendengarkannya kembali. “Pagii jugaa Mike. Wahh akhirnya, sekian lama gak denger ucapan met pagi yang rutin lo lakuin. Kini dilakuin kembali” ledek Alysa tercengir. “hahah kangen ya sama ucapan met pagi dari gue? Emang selama gue koma gak ada yang ngucapin selamat pagi ya? Kasihan jones hahahaha” Mike membalas meledek Alysa yang kini tawanya pecah terdengar  oleh Alysa. “yee ngeselin deh pagi-pagi” jawab Alysa bête. “hahahah gak usah ngambek deh elah. Btw hari ini lomba ya? Semangatt ya Alysa sih anak kepala batu. Semoga sukses sampe final” Mike memberi Alysa semangat dengan lembut.

Mike memang cowok yang sangat lembut saat berbicara pada lawan jenisnya. Ia juga sangat ramah. Tak heran bila di sekolahnya ia sangat di gila-gilai oleh kalangan anak cewek di sekolahnya. Sampai-sampai banyak yang menyatakan cinta pada Mike padahal mereka yang menyatakan cinta tahu bahwa Mike sudah punya pacar.  tapi, tak ada yang menghiraukan status Mike. Kadang Milla pun menjadi bahan judge-an para penggemar Mike. Dan Terkadang ia juga sangat jail dan menyebalkan. Mike bersekolah di SMAN 1 CAHAYA. Yang merupakan anak basket dan futsal, ia tidak mengikuti organisasi seperti Osis. Bahkan, Devan pun bisa kalah saing bila Mike dan Devan satu sekolah. Mike memiliki wajah yang bisa di bilang cute dengan gingsulnya,kulit putih, hidung mancung dan rambut bergaya Bed Head nya disertai dengan bola matanya yang  berwana coklat membuat dirinya terlihat sempurna. Saat di sekolah ia selalu memakai kacamata tanpa lensa.

“iya thank you Mike sih anak belut hahaha. Eh tapi kan lo udah ngucapin semangat lewat pesan” jawab Alysa. “ya gpplah ngucapin lagi, biar afdol hahah. oh iya finalnya kapan?” tanya Mike. “finalnya besoknya Mike” jawab Alysa. “oh gitu ya, yaudah semangat aja lahh wkwkwk” katanya. “iya iya Mike. Semangat muluu wkwk. Eh Milla udah di semangatin belom? Hari ini kan dia juga lomba Sains” ingat Alysa. “udah kok. Tenang aja” kata Mike. “ohh bagus deh. Mmm yaudah deh Mike, udah dulu ya. Gue mau sarapan nih. Dan gue yakin lo pasti belom sarapan kan?” tanya Alysa. “dih sok tau wkwkw yaudah sono sarapan. Bye” Mike memutuskan panggilannya tanpa memberikan Alysa kesempatan berbicara. Yehh dasar tuh anak. Gumam Alysa .
kini Alysa menaruh ponselnya kembali dan ia bergegas menuju ruang makan.  Sudah ada Ayah dan Mama disana yang menanti kedatangan Alysa. “pagi sayang” ucap Ayah terlebih dahulu. “Pagi juga ayah”  Alysa menghampiri Ayah untuk minta di kecup keningnya. Lalu, ia menuju kearah sang Mama yang duduk di hadapan sang Ayah yang terhalang  meja panjang terbuat dari  kayu jati yang sudah di poles. “Pagi anaknya mama”  mama pun siap melebarkan kedua tangannya untuk memeluk sang anak. “Pagi juga mama”  Alysa melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan ke Ayahnya, kemudian ia duduk di sebelah sang Mama. Menyantap sarapan pagi dengan segelas susu putih dan nasi goreng kesukaannya.

Ayah  sudah lebih dulu menghabiskan sarapannya. Ia melihat ke arloji yang dikenakannya. “sayang lombanya mulai jam berapa?” tanya Ayah selepas melihat Arloji. “Mmm jam 8 yah, Cuma kayanya upacara pembukaan dulu deh”  jawab Alysa. “yaudah bentar lagi kita berangkat. Cepat abiskan sarapannya biar kamu fit. Nanti langsung ketempat lomba atau kesekolah dulu?” tanya Ayah. “langsung yah. Ketemuan disana”  jawab Alysa sembari menyantap sarapan pagi yang nampaknya hampir abis. Beberapa lama kemudian setelah Alysa benar-benar melahap abis sarapannya. Ia  menuju ruang tamu sembari menenteng sepatu olahraganya yang siap ia kenakan saat duduk di sofa. Dan lagi-lagi ayah menegor Alysa, menanyakan kapan ia akan berangkat. “sekarang yah. Alysa pake sepatu dulu” ucap Alysa sembari mengikat tali sepatu membentuk simpul. Setelah sepatu sebelah kiri ia melakukan hal yang sama untuk sepatu sebelah kanan. Ada rasa deg-degan, ia harus melewatinya bersama dengan timnya menuju ke sebuah impian yang selama ini ia dan timnya impikan. Menjadi pemain volley terkenal dan belajar ke Negri  Paman Sam. Namun  hal menyedihkan juga ia dan timnya rasakan. Sampai detik ini Bagas pun belum mengabari hal baik kepadanya. Mungkin itu benar-benar jadi keputusannya Bagas dan Alysa berharap bahwa masih ada kesempatan sebelum pertandingan dimulai.






#31
            Sesampainya Alysa di Gedung Olahraga. Ia hanya terdiam di ambang pagar. Memandang  lamat gedung tua yang kini ada di hadapannya. Kemudian Alysa menolehkan kepalanya kearah kanannya, ia mengharapkan sosok Bagas ada disebelahnya. Memandang Gedung tua yang sama, melangkah masuk bersama dan bersemangat untuk mewujudnya impian mereka yang sudah ada didepan mata mereka. Senyum tipis nan manis kini terlihat diwajah gadis berkuncir satu yang menyukai permen kapas.
Lalu menghelai nafas panjang dan seketika menutup kedua matanya. Kini harapannya hanyalah sekedar harapan. Hingga sebuah tepukan lembut mendarat dipundak gadis berkuncir satu yang masih memandangi gedung tua itu. “nak? Ayo masuk”  ucap sang Mama. Alysa tersadar dan hanya mengangguk. Namun sebelum ia melangkahkan kakinya untuk memasuki Gedung itu, ia menolehkan kepalanya kearah jalanan. Berharap mobil hitam yang sering Bagas kenakan terlihat diujung jalan yang sepi nan sunyi. Begitu banyak harapan gadis berkuncir satu itu. “sayang ayo”  ucap Ayah yang sudah berada di pintu masuk bersama Mama.

            Alysa pun bergegas dengan melepaskan senyum tipisnya, melangkah ke lapangan indoor bersama kedua orang tuanya. Disepanjang jalan menuju lapangan sangat banyak orang-orang. Bagaimana dilapangan nanti, pasti banyak sekali orang-orang. Langkahnya kini terhenti pada sebuat podium lapangan. Lalu, menghampiri teamnya sedangkan orang tuanya memisahkan diri darinya, mereka duduk dikursi penonton. Alysa menyapa team nya dengan semangat, senyumnya melebar seiring ramainya orang dilapangan. I can do it. Gumam Alysa sembari memandang sekelilingnya. “ayo team kumpul” ucap scout. Bersiap untuk bertanding! Berdoa kemudian melakukan yel-yel. Menumpukkan satu tangan pada satu tumpuan, hingga saat tumpukan terakhir Alysa nampak bingung lalu ia mencari tahu itu tangan siapa. Mata Alysa pun terbelalak bahkan team pun juga bereaksi sama. “BAGAS?”  ucap Alysa spontan. Bagas hanya tersenyum lebar dengan megenakan baju volley bernomor punggung 88. Team pun ikut senang karena melihat kedatangan Bagas dengan tiba-tiba. Kini mereka mengayunkan tumpuan sembari beryel-yel. Setelah beryel-yel mereka bergegas kelapangan.

Alysa yang terlebih dahulu menuju lapangan, ia pun menghentikan langkahnya saat tau Bagas tidak menuju kelapangan. Alysa berbalik dan menghampiri Bagas. “kenapa? Ayo tanding” kata Alysa, namun Bagas hanya tersenyum seadanya. Membuat Alysa terdiam dan memikirkan sesuatu. Kini ekspresi Alysa berubah, “lo dateng bukan buat ikut tanding? Tapi lo dateng Cuma buat ngasih semangat team?”  jelas Alysa. Bagas hanya terdiam. Dan Alysa tertunduk dan mencoba mengerti. “oke kalo gitu, gue kesana dulu” ucap Alysa yang ingin bergegas menuju kembali ke lapangan namun Bagas menahan langkah Alysa. “gue ikut” jawab Bagas singkat sembari melebarkan senyumnya. Ekspresi Alysa berubah senang. Mereka berdua pun kembali ke lapangan dan bertanding bersama team.

Di tengah pertandingan, Alysa menatap Bagas lalu menatap para penonton. Tertuju pada seorang wanita berusian 40-an mengenakan pakaian dari rajutan wol dengan rambut di ikat berantakkan. Memberi semangat pada seseorang. Dengan sangat amat bersemangat. tak salah lagi, dia adalah Mamanya Bagas tanpa ditemanin oleh Ayah atau Abangnya. Seorang diri datang untuk memberikan anaknya Semangat! Betapa sayangnya seorang ibu terhadap anaknya terwujud pada Mamanya Bagas. Padahal ia sedang menjalani masa sidang perceraiannya. Ia juga butuh semangat namun ia malah memberi semangat. Andai Bagas bisa melihat dan merasakan betapa sayangnya mamanya pada dirinya. “sstt.. Alysa” suara seseorang membuat Alysa tersadar dari lamunannya. Alysa melanjutkan bermain.

Sedangkan keadaan disekolah masih sama seperti biasa. Devan dan teman-temannya masih santai duduk di bangku kantin, membicarakan banyak hal dan sebuah lelucon. Hingga saat Tia melewati meja yang Devan dan teman-temannya tempati, Devan memanggil Tia dan menghampiri  Tia. “ada apa van?”  tanya Tia. “mmm.. lo tumben sendirian, Naufal kemana?” tanya Devan balik dengan ragu, takut Tia berfikir macam-macam. “Naufal.. dia izin datang ke pertandingan volley” jawab Tia. Devan mengerutkan dahinya “izin? Lah emang dibolehin?” tanyanya. “mm enggak sih, Cuma Naufal izinnya mau bikin KTP” jawab Tia memperhatikan Devan seperti orang bingung. “kalo lo mau izin, izin aja buat dateng ke pertandingan volley” lanjut Tia. “lah? Emang boleh?” tanya Devan polos. “hahah bolehlah van, kan elo yang masih dikasih kepercayaan buat nanganin urusan lomba” Tia tersenyum geli. Begitu juga dengan Devan yang sepertinya senang mendengar pernyataan dari Tia. “cepet gih, ntar keburu udah selesai loh lombanya. Kasih semangat Alysa paling kenceng diantara penonton lainnya. Ok” ucap Tia sembari tercengir. Devan terdiam, kenapa Tia bisa menebak apa yang ingin Devan lakukan.
“eee… darimana lo tau gue pengen nyemangatin Alysa?”
“terus kalo lo kesana bukan karena nyemangatin Alysa, lo mau ngapain disana? Sejak kapan seorang Devan peduli sama urusan orang lain. apalagi doi bukan siapa-siapanya elo dan sedangkan disekolah masih ada Kirey. Daripada lo nonton volley mending berduaan bareng Kirey, iya kan?” pancing Tia
“ee.. gue rasa lo tau tentang Kirey, jadi buat apa lo ngebahas itu. Toh, gue lagi gak pengen mesra-mesraan dulu” Jawab Devan. kini.

Tia tersenyum lebar, “ini udah kedua kalinya lo lebih mentingin Alysa dibanding pacar lo. Pertama Chloe dan kedua Kirey. Perjuangin apa yang emang seharusnya lo perjuangin van, jangan pernah nyesel saat doi pergi karena kesalahan lo yang cuma bisa mendem dan bersikap munafik.  gak semua orang ngerti sama sikap lo van”  jelas Tia membuat Devan terdiam, perkataan Tia membuatnya benar-benar merasa seperti seseorang yang bodoh. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan menghantui pikirannya. Membiarkan perasaan itu terus berjalan tanpa tau kapan akan berhenti.
Membiarkan perasaan itu menetap dan bermain tanpa harus diminta. Meski ia akan tau resiko membiarkan sebuah perasaan tanpa diketahui seseorang yang kita biarkan hatinya. “apa lo siap kehilangan Alysa? apa lo siap kehilangan semua perasaan lo karena terlalu  jenuh menunggu hal yang gak pasti? Belajar jujur sama diri dan perasaan lo sendiri van” lanjut Tia, menyadarkan Devan yang terdiam. “semangat van. Jangan disia-siain” ucap Tia menepuk bahu Devan dan pergi meninggalkan Devan sendiri. Devan pun bergegas kekelasnya dan mengambil tas nya lalu meminta izin pada guru piket yang ada di Lobby.






#32
            Selama perjalanannya menuju pertandingan volley. Devan memikirkan perkataan Tia tadi. Dan terlintas semua kenangan bersama Alysa, mulai dari saat ia tidak peduli dengan gadis berkuncir satu hingga ia benar-benar peduli dengan gadis itu sampai membuat Devan tidak bisa membuang semua pikirannya tentang gadis berkuncir satu penyuka permen kapas itu. Gue harus lakuin itu. Ucap Devan tersenyum lebar seraya memantapkan niatnya. Ia akan menyatakan perasaannya kepada Alysa tidak peduli jika Ayah Alysa tidak menyukai dirinya. Cinta Devan tulus. Devan mulai menancapkan gas, mempercepat lajunya, tidak ingin melewatkan pertandingan itu. Namun ia bergegas membeli setangkai bunga mawar merah untuk diberikan kepada Alysa.

            Sesampainya di sana, ia menarik nafas panjang dan menghelaikannya dengan sangat perlahan. Menggenggam erat setangkai bunga mawar merah yang masih segar itu. Dan Mulai memasuki gedung tua itu sembari tersenyum. Menjejakkan kakinya kesetiap lantai-lantai yang akan membawanya ke lapangan pertandingan. Kini Devan mulai bisa mendengar sorakan penonton yang samar, sorakan itu makin terdengar kencang. Dipenuhi orang-orang didalamnya. Devan pun mencari tempat duduk yang pas untuk melihatnya. terlihat jelas gadis berkuncir satu yang sedang berkonsentrasi. Begitu juga dengan Devan yang mulai bersorak untuk Alysa. entah apa gadis kuncir satu itu mendengar semangat dari Devan tapi Devan tak memperdulikan hal itu, ia tetap bersorak kencang. Dan saat itulah ia menyadari bahwa perasaan aneh itulah yang disebut Jatuh Cinta. Begini rasanya, Jatuh Cinta kembali. Sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan namun membawa arti yang begitu indah dalam dirinya. Sebuah perasaan yang mengalir keseluruh tubuhnya saat gadis berkuncir satu ada didekatnya. Pandangan Devan tak henti menatap gadis pujaannya yang sedang terfokus pada pertandingannya.

            Dan… saat team Alysa mencetak angka untuk menentukan hasil akhir. Seketika bola mata Devan membesar, mulutnya membentuk huruf O samar disertai pandangannya yang kosong saat melihat Alysa memeluk Bagas erat sangat erat. begitu juga dengan Bagas yang membalas pelukan Alysa. tanpa ia sadar setangkai bunga mawar yang digenggamnya kini terjatuh, persis disamping Devan. ia mencoba melupakan apa yang baru ia lihat namun tidak bisa. Akhirnya, Devan memutuskan untuk pergi dari sana. Meninggalkan setangkai bunga yang jatuh begitu saja. Entah rasa apa ini. Seperti terkena pecahan kaca. Seperti tertusuk jarum. Sakit namun ia tak berdarah. Tak seindah seperti jatuh cinta, patah hati. Apa ia baru saja merasakan patahnya hati? Baru saja ia merasakan indahnya jatuh cinta. Devan mengusap-usap wajahnya berkali-kali, mengacak-acak rambutnya, memukul stir dan berteriak.
            Rasanya ada yang ingin keluar dari bola matanya, namun ia menahannya. Tidak boleh rapuh disaat yang bersamaan. Pikirannya kini kacau. Devan menghidupkan mesin mobilnya dan mulai meninggalkan gedung tua itu sepenuhnya. Ia mempercepat lajunya, sangat cepat. Namun Devan mencoba mengontrol pikirannya, agar bisa berkonsentrasi untuk menyetir. Hingga Devan sampai dirumah. Ia memutuskan untuk pulang kerumah bukan kesekolah. Langsung bergegas menuju kamarnya, melempar tasnya ke sofa kamarnya dan berbaring ditempat tidur. Masih memikirkan kejadian itu. Apa Alysa sama Bagas udah jadian? Pertanyaan itu mulai muncul dikepalanya.


            Sedangkan, Alysa yang sangat senang melepaskan pelukkan nya saat ia tersadar bahwa ia baru saja memeluk Bagas. Dengan merasa sangat malu Alysa meminta maaf karena memeluk Bagas begitu saja. Namun, hanya senyum manis yang diperlihatkan Bagas dan mengacak rambut Alysa lalu melangkah ke podium team untuk beristirahat. Alysa pun tersenyum karena Bagas tidak marah padanya akan hal memalukan itu. Alysa mengikuti langkah Bagas, kini mereka beristirahat sejenak menunggu pengumuman lomba untuk lanjut ke final besok. Hingga datang Naufal sembari membawa setangkai bunga mawar. Naufal mengambil bunga mawar yang Devan jatuhkan begitu saja. “Hai sa” sapa Naufal sembari tersenyum dengan menggenggam setangkai bunga mawar. “Haii fal” jawab Alysa sembari melihat kearah bunga yang Naufal pegang.
 “selamat ya di detik terakhir nyetak angka” ucap Naufal, Alysa mengabaikan bunga yang di pegang Naufal terfokus pada apa yang Naufal bicarakan “ahh iya makasih, ini juga berkat mereka kok” kata Alysa tersenyum sembari melirik ke team. Naufal pun juga ikut tersenyum dan menyadari akan setangkai bunga yang ia pegang. “oh iya sa, gue nemu bunga ini disana” kata Naufal sembari melirik kearah tempat ia menemukan bunga tersebut “gak tau ini punya siapa, tapi kayanya ini bunga buat lo deh” lanjut Naufal. “buat gue? Ahh gak mungkin lah fal, mungkin ini buat salah satu anak volley kali. Toh kalo buat gue, emang dari siapa?” ucap Alysa bingung, “mmm gak tau juga sih Cuma lo pegang aja nih, ntar lo tanyain deh sama team lo. Nihh” ucap Naufal sembari memberikan setangkai bunga itu.

“mmm yaudah deh”  kata Alysa menerima setangkai bunga mawar itu. “yaudah sa, gue balik duluan ya, ada janji sama Tia. Lo semangat terus ya! semoga masuk Final”  ucap Naufal tersenyum lebar sembari mengacak rambut Alysa. “ahh iya, makasih ya udah dateng dan udah ngedukung” balas Alysa tersenyum, lalu Alysa kembali duduk. menatap lamat setangkai bunga mawar merah yang masih segar, bertanya-tanya dari dan untuk siapa bunga secantik ini? Mengapa ditinggalkan begitu saja. Bagas yang melihat Alysa yang sedang terhanyut dalam lamunannya, akhirnya menghampiri dan menegur Alysa. “sa lo kenapa?”  tanya Bagas sembari duduk disamping Alysa namun Alysa tak kunjung angkat bicara. “itu bunga dari siapa? Pacar lo ya? Ciee” lanjutnya bermaksud meledek Alysa. Alysa pun menatap Bagas dan mulai angkat bicara. “ihh apaan sih. Gue mana punya pacar. mmm.. gue gak tau ini punya siapa dan untuk siapa, tadi Naufal nemu ini di antara bangku penonton. Jadi gue pegang dulu, sembari nyari tau ini punya siapa dan untuk siapa”  jawab Alysa menatap kembali mawar merah itu. Diikuti dengan Bagas yang melihat ke arah mawar merah itu juga. “mm mungkin itu dari Devan buat lo” ucap Bagas yang masih menatap mawar itu. Hingga Alysa, menatap Bagas dengan mengerutkan keningnya. “dih apaan sih. Ya gak mungkin lah dia dateng kesini Cuma buat ngasih bunga doang dan ngapain juga Devan ngasih gue bunga. Toh Devan kan masih pacarnya Kirey” jawab Alysa bete.

“ya siapa tau aja iya kan? Dia dateng buat ngasih lo semangat dan bunga itu terus dia buru-buru dan lupa sama bunganya”  tebak Bagas dengan wajah konyol. “dasar halu hahaha” Alysa tertawa melihat wajah Bagas. Bagas menatap Alysa sembari tersenyum yang terlihat semakin pudar. Alysa pun menyadari perubahan ekspresi Bagas yang mulai terlihat sedih. “gas lo kenapa?” tanya Alysa sembari menepuk pelan bahu Bagas. “gue gpp kok Al, gue mau berterima kasih sama lo, karena elo, gue baru sadar betapa sayangnya kedua orang tua gue. Liat mama gue, dia rela ninggalin Clientnya demi dukung  impian gue….” Ucap Bagas sembari melihat kearah sang mama yang sedang berbicara pada orang tua Alysa diikuti dengan Alysa.
“dan ayah gue selalu dateng buat jenguk gue dan mama, meski gue tau, keputusan mereka gak akan pernah bisa berubah. Ternyata mereka bukan gak sayang, hanya saja mereka menganggap kalo membahagiakan anak harus dengan fasilitas. Padahal  itu gak bener. Dan gue rasa, mama gue mulai sadar akan hal itu. So, thank you’ve changed my life sa dan gue gak akan pernah berfikir pendek lagi untuk hal itu” ucap Bagas yang mulai tersenyum bahagia. “sama-sama gas, gue seneng atas kebahagian yang lo dapet sekarang. Dan gue harap lo jangan pernah nyerah untuk hal semacem ini. Dan inget, kebahagiaan itu gak abadi jadi lo harus siap untuk kesedihan yang akan datang kata Alysa tersenyum lebar, diikuti Bagas yang tercengir.








Terimakasih sudah berkunjung^^
Selamat Membaca! Silakan berpendapat Jika ada yang tidak benar :)


Related Posts

There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter