-->

Lollipop And Cotton Candy The End





#37
            Suara pluit wasit pun terdengar di kuping Bagas yang berdiri tidak terlalu jauh dari lapangan. Akhirnya Bagas memanggil Alysa. membuat Devan melepaskan pelukkannya. “sa, ayo tanding. Udah di bunyiin pluitnya tuh” ajak Bagas. Alysa yang menoleh kearah Bagas, mulai beranjak melangkah tanpa melihat ke Devan. “Sa?” ucap Devan menggenggam tangan Alysa. namun Alysa melepaskan genggaman Devan dan beranjak pergi. Devan terdiam dengan menghelaikan nafasnya. Devan tau, Alysa belum bisa memaafkan Devan. tapi Devan tak akan berhenti untuk mendapatkan Alysa. Kirey yang sedaritadi terdiam, menghampiri Devan. “Ka Dev?” ucap Kirey. “menjauh dari gue! Dan jangan pernah berharap lagi sama gue. Karena kita udah gak ada hubungan apa-apa. Berhenti buat jadi cewek murahan. Ngerti!”  bentak Devan terdengar kejam, namun ia tak peduli akan hal itu. Devan meninggalkan Kirey sendirian. Menuju ke lapangan indoor untuk melihat jalannya pertandingan. Kirey nampak kesal “ihh sok banget sih jadi orang. Liat aja nanti. Siapa yang bakal lebih bahagia” kata Kirey lalu pergi dari tempat itu.


            Bagas menatap Alysa dengan ragu. “sa lo udah membaik?” tanya Bagas. “iya gas, gue baik-baik aja” jawab Alysa sembari tersenyum kecil. “tetep fokus ya sa, jangan ngedown” kata Bagas bermaksud membuat Alysa tetap terfokus pada pertandingan dan melupakan sejenak kejadian itu. “Iya gas, tenang aja” jawab Alysa. kini mereka terfokus dengan jalannya pertandingan. Alysa melupakan kejadian itu sejenak. Sedangkan Devan, melihat jalannya pertandingan dari pintu masuk lapangan. Mike yang melihat keberadaan Devan di samping pintu masuk, meminta Milla untuk menemaninya untuk bertemu Devan. Milla mulai mendorong kursi roda kearah Devan. “Devan?”  ucap Mike, membuat Devan sedikit kaget. “iya? Lho Milla?” pandangan Devan tertuju pada Milla, lalu Mike dan ia mulai bingung. “hai van, kenalin ini Mike pacar gue sekaligus sahabatnya Alysa” Milla memperkenalkan Mike ke Devan. “oh salam kenal ya” kata Devan. “iya. Gue boleh tanya sesuatu?”  Mike mulai mengintrogasi Devan. “mm.. tanya apa?” jawab Devan bingung. “apa lo beneran sayang sama Alysa? apa semua yang lo bilang tadi, itu sungguh-sungguh?” tanya Mike. “iya gue sayang sama dia. Gue bakal terus berjuang buat  bisa dapetin dia. Gue gak peduli dia benci sama gue. Karena yang gue tau, dia yang terbaik buat gue”  ucap Devan. Milla tersenyum mendengar perkataan Devan. begitu juga dengan Mike.
            “gue titip Alysa sama lo van, gue percaya semuanya sama lo. Tolong jaga dia van. Tolong jaga dia buat gue van” ucap Mike. “tolong  jaga Alysa buat gue juga van. Gue pengen yang terbaik buat dia” lanjut Milla. Devan hanya tersenyum senang, karena kedua sahabat Alysa mempercayainya. Suara pluitan sang wasit membuat Milla, Mike dan Devan mengarah ke lapangan. Di sertai sorakkan ramai di barisan team Alysa. Iya! Alysa dan team berhasil. Berhasil memenangkan pertandingan.mereka berhasil! Penonton pun ikut memeriahkan kemenangan tersebut, sebagian dari penonton turun menuju lapangan. Milla pun sangat bangga melihatnya. begitu juga dengan Devan. “van, ayo kesana” ajak Milla yang siap mendorong kursi roda milik Mike untuk menuju ke lapangan. “enggak Mil, gue gak mau ngerusak kebahagiaannya Alysa. toh tadi kan dia abis nangis gara-gara gue, jadi biarin dia sekarang ngerasain kebahagiaannya bareng team nya. Yaudah gue pamit dulu ya, salam buat dia. Oh iya Mil, besok kita ada rapat buat ke lulusan ya” ucap Devan sembari melebarkan senyumannya. Lalu, beranjak pergi dari tempat itu. Milla hanya mengangguk mengerti dan melihat langkah Devan yang mulai tak terlihat.
            “Mama.. Ayah..”  teriak Alysa senang, memeluk kedua orang tuanya. “sayang.. selamat ya nak.. mama bangga banget sama kamu” peluk mama di sertai air mata kebahagiaan. “Ayah juga bangga banget sama kamu nak.. kamu keren banget” kata sang ayah. Alysa hanya tersenyum tak bisa berkata apa-apa. Kini impian nya berhasil terwujud dengan usahanya sendiri. Benar-benar tak bisa di percaya. “Alysa” sapa Milla, Alysa melepaskan pelukkannya dan memandang Milla dan Mike yang kini tersenyum lebar. Alysa menghampiri mereka. Dan memeluk erat Milla. “uuuu selamatt yaa Alysa.. akhirnya terwujud juga. Emang keren deh” kata Milla masih memeluk erat Alysa. “aaa makasihh Millaa” . “ehemm.. di lupain lagi deh nih gue” sindir Mike yang merasa diabaikan. Akhirnya mereka melepaskan pelukkannya dan memeluk Mike bersamaan. “selamat ya Alysa atas keberhasilan lo. Jangan lupain gue ya.jaga baik-baik diri lo”  pesan Mike, “iya Mike, makasih ya. Gue gak akan ngelupain kalian kok, tenang aja. Kalian kan sahabat gue yang paling ku sayang” ucap Alysa. mereka kini tertawa bersama.
            Seiring waktu berjalan. Lapangan semakin sepi, hanya ada peserta lomba, orang tua peserta, scout dan beberapa orang yang sedang membersihkan lapangan. “sa gue pamit duluan ya. Mike harus terapi lagi nih” kata Milla yang berpamitan pada Alysa. “ohh iya iya, makasih ya udah dateng dan dukung gue. Hati-hati dijalan ya” pesan Alysa mengembangkan senyumnya. “bye Alysa” ucap Mike. “bye..” Alysa melambaikan tangannya. “oh iya sa, dapet salam dari Devan” lanjut Mike, membuat Alysa terdiam. Lalu, menunjukkan fake smile nya. Setelah langkah Milla dan Mike memudar, Alysa berbalik badan untuk menuju ke kedua orang tuanya, namun ia di kejutkan dengan kedatangan Bagas yang tiba-tiba.
“Bagas? Gue pikir dedemit”
“yee masa ganteng-ganteng gini di samain ama dedemit. Samain kaya Shahrukh Khan kek. Kan lebih kerenan”
“yaudah yaudah maaf. Lagian lo dateng tiba-tiba. Kenapa sih?” tanya Alysa.
“gpp sih, Cuma mau bilang makasih. Sekarang impian gue terwujud” Bagas tercengir
“oh itu, iya sama sama gas. oh iya malem ini Scout ngajakin makan-makan di Arta Resto” ingat Alysa.
“wah serius nih? Uwacikk makan makan..” ucap Bagas kegirangan lalu pergi bermaksud menemui Scout. “yehh dasar dedemit”  ketus Alysa, menggelengkan kepala melihat tingkah Bagas. Alysa pun bergegas menuju kedua orang tuanya, dan berpamitan pada Scout.
            Waktu menunjukan pukul 4: 25 PM. Alysa sudah sampai dirumah, ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Lalu, bergegas ke kamar dengan menenteng tas dan sepatu olahraganya. Saat di kamar Alysa langsung berbaring di tempat tidur yang empuk dan sekejap memejamkan kedua matanya. Hari ini sangat melelahkan. Hingga seketika bayang-bayang Devan menghantui pikirannya. Alysa sangat bingung, apa ia harus percaya pada Devan atau tidak. Apa Devan benar-benar menyayangi Alysa? atau itu hanya ungkapan penenang saja? Alysa mengecek ponselnya lalu membiarkan ponselnya begitu saja.
            Sementara Devan langsung pergi menuju ketempat dimana saat hatinya tak menentu. Niatnya ingin mengajak Alysa namun, rencananya gagal total. Devan terduduk di sebuah pedagang kaki lima, ditemani dengan segelas jus jeruk yang masih utuh. Pandangannya kosong. Dengan kedua tangan menadah dagunya. Lalu, ia hanya mengaduk-aduk jus jeruk dengan sedotan lalu meminumnya dengan perlahan. Sehingga ponsel Devan bergetar. 1 pesan masuk dari Bagas.
Bagas Pangestu
Van, nanti malem lo dateng ya ke Arta Resto, jam 19:30. Jangan telat!
                                                                                          
baca 4:45 PM
Devan Edgar
Ngapain??
           
baca 4:46 PM
Bagas Pangestu
udah dateng aja sih. Pake baju yang layak ye jangan kaya gembel wkwk
                                                                                          
baca 4:48 PM

Devan Edgar
anjir lo gas-_- . tapi mau ngapain sih?? Segala nyuruh gue dtng pake baju yg layak lagi
                                                                                                              
baca 4:50 PM

Bagas Pangestu
udeh dateng aje, bawel juga ye. Gue tunggu di parkiran. Liat lo kalo gak dtng. Oke?
                                                                                                            
baca 4:52 PM

Devan Edgar
iya iya
   
baca 4:53 PM

Devan meletakkan ponselnya begitu saja dan mengabaikan pesan Bagas sejenak. Melanjutkan dengan memikirkan hal lain. tentu saja memikirkan Alysa. Apakah Devan bisa membuat Alysa percaya? Atau justru Devan akan di benci oleh orang yang ia sayang? Tentu menyakitkan melihat orang yang kita sayang malah membenci kita dan menjauh dari kita karena kesalahan yang tak di sengaja.
Dengan menghabiskan segelas jus jeruknya, Devan beranjak dari tempatnya. Melangkah ke motor ninjanya dan bergegas pergi dari tempat itu. Hingga saat di jalan menuju kerumahnya. Pikiran Devan masih tak karuan. Ia berhenti karena lampu merah sedang menyalah. Pandangannya kini tertuju pada sebuah toko bunga yang ada di sebrang. Memandang bunga yang sama saat ia ingin memberikan semangat pada Alysa hingga bunga yang ia bawa harus di tinggalkan begitu saja. Devan berniat memberikan bunga mawar merah itu lagi, sehingga saat lampu hijau, Devan mengarah ke sebuah toko bunga itu. Membeli buket bunga mawar merah yang masih segar nan harum.



#38
Kini waktu menunjukkan pukul 7:00 PM, Alysa mempersiapkan dirinya untuk pergi ke sebuah acara yang di selenggarakan di Arta Resto. Ia mendapat undangan dari sang pelatih karena team berhasil memenangkan sebuah pertandingan. Alysa terlihat sangat cantik dengan rambut yang ia gerai dengan mengenakan High Neck Party Dress berwarna royal blue yang membalut tubuh idealnya. Disertai jam tangan Hand-Woven Leather Pendant Leaves di tangan kirinya dengan warna yang menyesuaikan. Dan mengenakan sepatu wedges. Serta balutan make-up yang ia padukan sendiri. Memandang lekat dirinya pada sebuah cermin di kamarnya. Tanpa basa basi, Alysa mengambil ponsel dan dompet purses yang diletakkan di meja belajarnya. Melangkah ke anak tangga dengan sangat hati-hati. Menuju ke halaman depan dan memasuki mobilnya lalu melintas pergi tanpa pamit kepada kedua orang tuanya karena mereka memang sedang tidak di rumah sejak pulang dari pertandingan volley.
Alysa melaju dengan kecepatan standar. Saat lampu merah, pandangan Alysa tertuju pada pengendara motor persis di sebelah mobil Alysa. mengerutkan dahinya. Memastikan. “Kirey? Albert?” ucapnya pelan. Kirey merangkul Albert layaknya sepasang kekasih. Alysa pun langsung mengalihkan pandangannya. Hingga lampu hijau pun menyalah, Albert dan Kirey melintas terlebih dahulu, kemudian Alysa melaju. Akhirnya Alysa sampai di tempat tujuan. Ia bergegas, bertemu dengan teamnya dan sang pelatih. “Alysa” panggil Bagas yang sudah berdiri di samping panggung sederhana. Alysa menoleh dan menghampiri Bagas. “Haii gas” sapa Alysa. “gilaaa cantik banget calon mahasiswi Hardvard” ledek Bagas memandang Alysa dari ujung kaki hingga kepala sembari tercengir. Alysa mengembangkan senyumannya dan menyikut Bagas. “hahah apaan sih lo gas, jadi malu gue. Lo juga tumben gantengan”  Alysa membalas. “jadi selama ini gue gak ganteng gitu?” kata Bagas. “gak gitu, Cuma kurang ganteng aja wkwkw canda gas” tawa Alysa, diikutin Bagas yang tercengir.
            “sa?”  ucap Bagas.
“iya gas?”  pandangan Alysa terfokus pada team yang sedang bersuka ria
“Mmm..” kata Bagas dengan ragu, membuat Alysa mengarah ke Bagas.
“kenapa gas?” tanya Alysa bingung dengan Bagas
“tolong jawab jujur ya sa,”  kata Bagas, membuat Alysa hanya mengangguk. “apa lo benci sama Devan?” tanya Bagas membuat Alysa langsung terdiam dan mengalihkan pandangannya. Alysa tidak menjawab. “sa maaf sebelumnya kalo gue bikin mood lo gak bagus karena hal ini. Cuma lo harus tau sa, saat Devan udah sayang sama orang, dia bakal bener-bener sayang. Dia bakal memperjuangin apa yang ngebuat dirinya bahagia dan ngebuat dirinya jauh lebih baik. Dan elo, elo termasuk ke bahagian Devan yang sekarang sa dan elo udah ngerubah diri Devan jauh lebih baik sa. Devan yang dulunya gak bisa ngehargain perasaan seseorang, kini dia belajar buat ngehargain perasaan orang lain” Bagas mencoba menjelaskan pada Alysa yang masih terdiam dan tidak mau memandang Bagas.
“iya gue tau, dia emang udah berubah. Dia bisa ngehargain perasaan orang lain. maka dari itu dia bertahan sama Kirey kan? Karena kalo Devan udah sayang sama orang dia bakal bener-bener sayang. Devan yang gak pernah serius sama hubungan, kini mulai serius saat dia sama Kirey” Alysa angkat bicara dan mengulangi kata-kata Bagas tanpa melihat ke arah Bagas. “enggak sa, Devan gak sayang sama Kirey. Dia nerima Kirey karena Devan kasihan sama Kirey” ucap Bagas. “kalo Devan gak sayang sama Kirey, apa mungkin hubungan mereka berjalan sampai 3 bulan?” jawab Alysa menatap Bagas, membuat Bagas hanya terdiam. “apa hubungan yang berjalan selama 3 bulan masih belum ngebuat seseorang saling sayang? Coba sebutin, mantan Devan yang bertahan selama 3 bulan selain Kirey?”  lanjut Alysa membuat Bagas bingung. Pasalnya Alysa benar. Ini pertama kali Devan menjalankan sebuah hubungan bertahan hingga 3 bulan. Hingga seorang teman team memanggil Alysa. membuat Alysa dan Bagas menoleh ke arah suara. “Jangan pernah sia-siain orang yang tulus sayang sama lo sa. Karena saat lo nyia-nyiain dia. Belom tentu rasa sayangnya masih buat lo dan  Jangan harap orang kaya dia bisa lo temuin dengan mudah.tentu lo bakal kehilangan orang yang kaya dia. Kalo kalian sama-sama sayang, kenapa harus saling nutupin? Emang seberat apa untuk menyatakannya? Toh kalian bakal lega setelah itu. Gue mohon sama lo sa, percaya Devan. gue tau Devan sa. Gue yakin, dia gak tau kalo Kirey bakal ngelakuin hal itu” ucap Bagas ketika Alysa ingin menghampiri teman teamnya.
Langsunglah Alysa beranjak dari sana menuju ke temannya. Dengan keadaan bingung. Sementara Bagas mulai merogoh kantung kemeja yang terbalut rapih oleh jas yang dikenakan. Bagas mengambil ponsel dan mulai menekan beberapa digit nomor. “Oii.. lo dimana?” tanya Bagas setelah telpon darinya di angkat. “bentar lagi rapi-rapi” jawab Devan. “dih baru rapi-rapi, udah jam berapa ini! Cepet napa” ucap Bagas sembari melihat arloji di tangan Kirinya.”bawel ye, sabar dong. Kenapa sih emangnya gue disuruh kesana? Apa yang penting sih gas.” tanya Devan yang mulai siap menaiki motor ninjanya. “ini penting van, ada Alysa van. Lo harus bilang yang sebenernya sama dia” jelas Bagas. Membuat Devan sempat terkejut senang. “serius? Eh tapi dia ngapain disana?” tanya Devan bingung. “scout gue bikin acara karena berhasil lolos van. Cepet deh kesini, keburu balik tuh anak” ucap Bagas. “iya-iya” Devan mengakhiri percakapan. Ia kembali memasuki rumah
            dan mengambil buket bunga mawar yang tadi ia beli serta mengambil kunci mobil yang ia letakkan di meja kamarnya dan bergegas menuju mobilnya. Mengingat ia membawa buket bunga, akhirnya Devan membawa mobil. Devan melaju sangat cepat sembari tersenyum mengingat ia akan bertemu dengan Alysa. semoga aja Alysa mau dengerin penjelasan gue, benaknya. Kini waktu menunjukkan pukul 9:05 PM, namun Devan tak kunjung datang. Membuat Bagas menjadi tak karuan. Sesekali Bagas melihat arloji yang ia kenakan dan menunggu di luar. Tiba-tiba Alysa datang, melewati Bagas, lantas membuat Bagas menghalangi langkah Alysa. “ett.. lo mau kemana?” tanya Bagas sembari menghalang-halangi langkah Alysa. membuat Alysa mengerutkan dahinya. “gue mau pulang lah” jawab Alysa. “pulang? Ee.. masih jam segini kali, buru-buru banget. Makan dulu gitu atau foto-foto dulu mungkin”  ucap Bagas. “udah kok tadi. Kenapa sih? Udah ah gue mau balik” kata Alysa berusaha menerobos halangan dari Bagas namun Bagas lebih gesit. “ehh ntar dulu..” kata Bagas. “ihh kenapa sih gas?” tanya Alysa semakin bingung. Duh lo dimana sih van, lama banget. Benak Bagas mengabaikkan perkataan Alysa.
Untung saja, Devan datang saat Bagas mencoba menghalangi langkah Alysa. membuat sepasang bola mata Alysa memandang mobil yang tak asing ia lihat berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Senyum Bagas mulai mengembang dan tak lagi menghalangi langkah Alysa. Alysa pun mulai merasa bete. Devan keluar dari mobil sembari membawa buket bunga mawar. Kini Alysa dan Devan saling berhadapan, namun Alysa mencoba tak melihat ke arah Devan. Devan yang terus tersenyum sembari memandang wajah Alysa, mengabaikan ekspresi wajah Alysa yang terlihat sangat datar. “Haii Sa” sapa Devan dengan lembut. Namun Alysa tetap tak peduli. “Mmm.. gue kesini pengen minta maaf sama lo sa atas kejadian itu, sekaligus gue pengen ungkapin apa yang emang seharusnya gue ungkapin” kata Devan. hanya diam yang Devan lihat dari gadis yang kini berdiri dihadapannya. Namun Devan tak akan pernah menyerah. “mmm.. gue rasa gue punya perasaan sama lo sa. Perasaan yang gak pernah gue ngerti selama ini. Perasaan yang terus ngehantuin pikiran gue. Perasaan yang gue fikir Cuma sesaat tapi ternyata perasaan gue semakin tumbuh sa. Perasaan gue semakin tumbuh saat gue inget elo sa. Gue coba buat ngelupain perasaan gue, tapi lo bener. Melupakan itu gak segampang saat kita mencintai seseorang. Kini gue ngerti arti mencintai seseorang dengan tulus. Perasaan yang gak bisa dipaksa dan dateng dengan tiba-tiba tanpa dipaksa. Apa yang gue rasain ini murni sa. Dan elo yang ngebuat perasaan itu menghampiri hati gue. Elo yang ngerubah semuanya jadi lebih baik” jelas Devan. Namun Alysa masih terdiam. Hingga membuat Devan tertunduk.
“Tau apa lo tentang mencintai seseorang? Sedangkan lo gak pernah serius sama suatu hubungan” Alysa angkat bicara dan memandang wajah Devan. Devan menatap sepasang bola mata gadis dihadapannya. Dan mengingat kalimat dari Boy Candra yang ia pernah baca. “Mencintai seseorang ibarat memasuki hutan yang asing. Kita bisa saja menemukan hal-hal yang tak pernah kita bayangkan. Bahkan menemukan bagian-bagian paling menyakitkan sekali pun. Saat kita memilih masuk ke dalamnya, kita hanya punya dua pilihan. Sampai pada apa yang kita tuju dengan apapun caranya dan apapun rintangannya atau berhenti dan kembali. Dan gue memilih untuk masuk ke dalamnya, Sampai pada apa yang gue tuju dengan apapun caranya dan apapun rintangannya. Dan gak akan pernah berhenti atau pun kembali. Karena gue akan memperjuangkan hal yang udah ngebuat gue bahagia hingga ngebuat gue ngerti arti mencintai” Jelas Devan yang masih menatap sepasang bola mata yang kini nampak berkaca-kaca.



#39
            Perkataan Devan sangat menyentuh hati Alysa. hingga membuatnya tak karuan. Apa Alysa tak terlalu jahat membiarkan sebuah perasaan begitu saja?. Tapi, entah mengapa Alysa masih belum bisa memaafkan Devan. Namun, dilubuk hati gadis penyuka gulali. Alysa ingin sekali memaafkan Devan dan menyatakan semua yang Alysa rasakan. Namun sangat sulit baginya. Alysa pun melangkah pergi, menuju mobilnya. Berusaha mengabaikan Devan hingga Devan menarik lengan Alysa. tak ada kata yang Alysa ucapkan, hanya tatapan yang menjelaskan bahwa Alysa sangat bingung. “gue mohon sama lo, lo terima ini. Gue gak mau bunga ini sia-sia, sama kaya perasaan gue. Mungkin saat lo terima bunga ini lo juga bakal nerima perasaan gue dan permintaan maaf gue. Gue tau, lo wanita yang baik dan gak akan mungkin membiarkan seseorang dirundung dengan rasa bersalah. Gue masih nunggu lo sa” jelas Devan sembari tersenyum. Alysa memegang buket bunga mawar dan langsung masuk ke dalam mobil. Melaju melewati Devan yang masih berdiri disana. Menatap sebuah mobil yang melaju begitu saja. Bagas yang sedaritadi hanya melihat dari jarak yang berbeda. Menghampiri Devan. menepuk pundak Devan perlahan tanpa ada kata yang di ucapkan. Devan hanya tersenyum dan berpamitan pada Bagas.
            Hingga saat matahari mulai terbit. Alysa masih bimbang pada apa yang ia rasakan. Memandang buket bunga mawar yang ia letakkan persis di samping setangkai bunga mawar yang ia taru di vas berisikan air untuk menyegarkan setangkai bunga mawar itu. Saat kedatangan sang Mama pun tiba-tiba mengagetkan Alysa. “kok kamu belum berangkat? Nanti telat lho” sang mama menghampiri Alysa yang terduduk di bibir tempat tidur. “eh mama, iya ma ini mau berangkat kok” jawab Alysa. “hati-hati ya di jalan. Oh iya kamu kan belum sarapan. Srapan dulu deh baru jalan. Yuk ke bawah” ajak sang Mama saat mengingat sang anak belum turun kebawah utuh sarapan. “gak usah ma, nanti Alysa makan di kantin aja. Yaudah Alysa pamit ya ma” ucap Alysa yang sudah bersiap-siap. Lalu berpamitan dan bergegas pergi.
            Sesampainya di sekolah, Alysa bergegas ke kelasnya menyiapkan untuk Try out Matematika. Mengingat semalam ia tak sempat belajar karena menghadiri sebuah acara. Hingga bel masuk pun berbunyi. Seluruh siswa siswi Star High memulai pelajaran pertama dengan tenang. Hingga bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa siswi Star High bergegas merapihkan buku pelajaran yang baru saja di pelajari. Alysa yang sangat merasa lemas dan pusing tak sanggup untuk pergi ke kantin namun ia sangat lapar. Dari balik pintu, sosok gadis yang selalu digerai pun memanggil Alysa lalu memasuki kelas Alysa. “Haii sa” sapa Milla. Tak ada jawaban dari Alysa yang kini kedua tangannya memegang kepalanya yang tertunduk. Membuat Milla cemas. “sa? Lo kenapa? Sakit? Ke UKS yuk” tanya Milla. “enggak kok Mill, gue gpp. Gue Cuma laper aja” jawab Alysa yang berusaha meyakinkan Milla. “masa laper megang kepala gitu, toh muka lo juga pucet gitu, ke UKS
            aja yuk sa”
ucap Milla. Alysa pun berdiri, bermaksud ingin membuktikan kepada Milla kalo ia memang tidak apa-apa. “gue gpp kok Mil, beneran deh, Cuma laper aja.. kekantin yuk” ajak Alysa menarik tangan Milla. Milla pun akhirnya mengikuti pinta Alysa. mereka kini berada di kantin. Alysa masih Manahan rasa pusing yang semakin sakit dirasakannya. Hingga kini mereka sudah memesan dan duduk di bangku yang bisa mereka duduki. Melahap makan masing-masing. Hingga Milla mengingat sesuatu. “Astagaa! Hari ini gue ada rapat buat perpisahan kelas 12. aduhh Sa gue tinggal dulu yaa. Gpp kan?” ucap Milla panik. “oh iya udah Mil, gpp kok”  jawab Alysa. “yaudah nanti kalo kenapa-kenapa hubungin gue aja ya sa. Byee” ucap Milla yang sudah bergeges pergi. Meninggalkan Alysa sendiri.
            “eh maaf maaf gue telat” ucap Milla dengan nafas yang tak teratur. “iya gpp Mil, ini juga baru mulai. emang lo abis darimana?” tanya Devan. “abis dari kantin sama Alysa. Mmm.. kita rapatnya gak lama kan ya? Soalnya gue harus balik kekantin” ucap Milla yang sudah duduk di sebelah Tia. “lho? Emang kenapa?” tanya Tia bingung. “soalnya Alysa kasihan, dia kayanya lagi gak enak badan gitu. Mukanya pucet, jadi gue takut dia kenapa-kenapa nanti pas balik ke kelas” jelas Milla. “oh iya gak lama kok Mill” ucap Tia. Kini mereka memulai Rapat. Membahas rencana pelepasan kelas 12. Akan ada foto bersama,buku tahunan dan foto angket, lalu mereka sepakat akan mengadakan Prom Night setelah selesai melaksanakan Ujian Nasional. Namun belum selesai membahas tentang pelepasan kelas 12, Devan meminta izin untuk pergi ke toilet.
            Tetapi, Devan tidak pergi ke toilet, melainkan mencari keberadaan Alysa yang sudah tidak ada di kantin. Devan cemas saat Milla berkata bahwa Alysa sedang tidak enak badan. Devan mencari kesana kesini, sehingga ia berhasil menemukan Alysa yang sedang terduduk di lantai lorong arah perpustakaan. Sepertinya Alysa sudah tidak sanggup untuk berdiri maupun berjalan. Devan yang melihat keadaan Alysa langsung berlari menghampiri Alysa. “Alysaaaa!!” ucap Devan panik, membantu Alysa untuk berdiri. “lo kenapa? Muka lo pucet banget, kita ke UKS ya?” tanya Devan cemas. “gue gpp, gue mau ke perpus bukan UKS” ketus Alysa mencoba menghindar dari Devan, namun tubuhnya yang lemas, membuat Devan tetap memegang erat tubuh Alysa yang lemas. “enggak. Pokoknya lo ikut gue ke UKS. Gue gak mau lo kenapa-napa sa” ucap Devan. Alysa hanya terdiam menahan rasa sakitnya hingga Alysa benar-benar tak berdaya, membuatnya setengah pingsan. Devan pun langsung membopong Alysa yang sudah setengah pingsan.


#40
            “Devan kemana ya? Kok ke toilet lama banget” tanya Milla. “entah... yaudah jadi sepakat kan kita adakan prom night?” ucap Tia. Akhirnya mereka pun sepakat untuk rencana pelepasan kelas 12 yang sudah di susun. Milla pun langsung bergegas menuju kantin. Namun tak ada Alysa disana. Milla mencari Alysa.
            Devan menatap lekat gadis yang kini tertidur pulas di hadapannya. Dengan senyumnya yang terkadang mengembang. Andai saja, Kirey tidak datang dan menciumnya tiba-tiba. Andai saja Kirey tak menghancurkan rencana yang telah Devan buat. Pasti semua ini tidak akan terjadi. Pasti kini Devan dan Alysa sudah bahagia. Pasti kini Devan dan Alysa sudah bersama. “Devan?” seseorang memanggil namanya dari balik hordeng yang setengah menutupi tempat dimana Alysa tertidur. Devan menoleh. “Milla?” ucap Devan. “jadi.. lo disini? bukan ke toilet? Emm.. Alysa kenapa?” tanya Milla. “iya, gue disini. gue nyari Alysa. gue cemas pas lo bilang dia gak enak badan. Gue nemu di lagi duduk dilantai lorong arah perpus dengan kondisi lemes banget, jadi gue bawa dia kesini. Gue gak mau dia kenapa-napa” jelas Devan sembari menatap Alysa. “lo sayang banget sama Alysa ya?” tanya Milla, menatap Devan yang masih menatap Alysa. “iya! Gue sayang banget sama dia. Meski gue tau dia benci gue karena hal itu” ucap Devan. “enggak van, lo salah. Dia gak benci sama lo. Alysa juga punya perasaan yang sama kaya apa yang lo rasain ke dia kok. Cuma dia bingung sama perasaan dia sekarang. Dia takut kalo nanti dia percaya sama lo, lo malah main-main. Dia Cuma butuh di yakinin lagi.” jelas Milla.

            Devan yang mendengar penjelasan dari Milla sangat merasa senang. “Iya. Gue pasti dan akan terus ngeyakinin dia. Sampe dia bener-bener percaya sama gue” senyum Devan mengembang disertai rasa bersemangat. “gue titip Alysa sama lo ya van. Jaga dia baik-baik. Gue percaya, elo orang yang  pas buat Alysa” Milla ikut tersenyum lebar. Beberapa lama kemudian, tanpa terasa bel pulang pun berbunyi. Namun Alysa belum kunjung sadar dari tidurnya. Sehingga Milla menitipkan Alysa pada Devan, karena Milla hari ini ada les dan harus segera pergi. Devan yang sedaritadi menunggu Alysa terbangun dari tidurnya. Membuat Devan mengantuk dan ikut tertidur di sebelah Devan dengan kepala tertidur pada bibir tempat tidur. Kini waktu menunjukkan pukul

            5:00 PM, akhirnya Alysa tersadar dari tidurnya. Badannya kini terasa sedikit lebih fit dan rasa sakit di kepalanya sudah mulai menghilang. Alysa sempat kaget melihat ada anak laki-laki yang menunggunya yang rupanya ia adalah Devan. lalu, ia melihat ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan jam 5 sore. Devan? dia bener-bener nungguin gue? Benak Alysa yang mencoba ingin mengusap rambut Devan namun tertahan karena takut membuat Devan terbangun. Van maafin gue. Gue juga punya perasaan sama lo, tapi, entah kenapa gue gak bisa bilang itu ke elo. Entah kenapa saat gue pengen bilang itu, bayang-bayang kejadian itu tiba-tiba dateng dan ngebuat gue ngurungin niat gue. Van andai lo tau itu dan berhenti nyalahin diri lo sendiri. Maafin gue van. Benak Alysa,  mencoba mengusap rambut Devan lagi, dan Devan mulai terbangun, membuat Alysa salah tingkah. “Alysa? lo udah bangun?” ucap Devan senang. “gimana? Masih sakit? Kalo gak sakit yuk kita pulang, terus lo istirahat dirumah. Sini gue bantu” ucap Devan tak memberikan kesempatan Alysa untuk berbicara. “Devan” ucap Alysa. “iya?” jawab Devan polos. “Makasih
J Makasih udah mau nungguin gue. Maaf ngerepotin lo dan ngebuat lo harus nunggu selama ini”  Ucap Alysa tersenyum. Devan ikut mengembangkan senyumnya saat melihat Alysa mulai tersenyum untuknya. “iya, sama-sama. Gak masalah berapa lama gue menunggu. Karena yang gue tunggu gak akan pernah ngebuat gue menyesal” ucap Devan lembut.
            Devan mengantarkan Alysa pulang dengan menggunakan mobil milik Alysa. sedangkan mobil Devan di tinggal di sekolah. Setelah mengantarkan Alysa, Devan kembali ke sekolah untuk mengambil mobilnya. Setidaknya Devan merasa lega, karena Alysa sudah membaik dan semoga Alysa bisa segera mempercayai dirinya. Baru kali ini Devan merasa sangat peduli dengan seorang wanita selain Mamanya. Devan menjadi sosok yang sangat lembut seperti Mike. Berbeda dari Devan yang sebelumnya. Yang selalu menerima siapapun yang menyatakan perasaannya pada dirinya. Lalu, ia campakkan begitu saja. Bahkan terkadang, Devan tak pernah menganggap mereka yang pernah berpacaran pada Devan sebagai Mantannya. Walau mempunyai sifat Friendly, Devan juga sangat cuek dan menyebalkan. Kejailan yang Devan perbuat pada Alysa. membuatnya menjadi sangat nyaman.
            Devan yang dulu sempat mengabaikan perkataan Milla "kalo lo tau sifat asli Alysa, gue yakin lo bakal nyaman berada dideket dia" . kini benar Devan rasakan. Devan nyaman berada dekat Alysa hingga perasaan nyaman itu membuat Devan takut kehilangan Alysa. Alysa satu-satunya wanita yang tahan dengan jailan Devan, dengan segala godaan Devan yang mungkin bila wanita lain di goda Devan akan menjadi Baper dengan sangat cepat. dan hanya Alysa yang tahu bahwa laki-laki cuek itu menyukai Lollipop yang sangat manis.
            “jadi? Gimana van? Elo sama Alysa? tanya Radit saat mereka sedang berkumpul di rumah Devan. “doai aja lancar” jawab Devan. “denger-denger, Kirey dateng terus nyium lo ya? Wahh asikk tuh” kata Steve. “pala lo asik. Gara-gara dia, gue sama Alysa jadi kacau” ungkap Devan. “kacau gimana van?” tanya Erik. “Alysa ngeliat semuanya. Dia nangis dan ngejauh dari gue. Tapi gue bakal tetep ngebuat dia percaya, kalo gue juga gak tau kalo Kirey dateng dan nyium gue” jelas Devan. “ohh jadi, Kirey nyium lo pas ada Alysa? wah coba kita ada di sana ya, pasti seru tuh” ledek Erik. “yee kampret” ucap Devan. “jadi rencana lo sekarang apa?” kata Radit. Devan terdiam dan memikirkan sebuah rencana. “gimana lo ajak Alysa ketaman. Tapi tamannya di kasih taburan bunga yang berbentuk hati gitu terus kasih lilin di sepanjang jalan menuju taburan bunga itu. Nah terus lo nyatain deh perasaan lo sambil kasih bunga mawar” saran Steve. “ahh lebay, jangan-jangan van. Terlalu dramatis, pasti dia gak suka. Alysa kan agak tomboy-tomboy gitu. Mana suka dia sama yang dramatis macam gitu. Mending lo nyanyiin di lagu yang keren terus lo kasih coklat. Cewekkan suka coklat. Atau lo kasih dia gulali yang gede banget tuh. Cewekkan suka yang manis manis” saran Erik. “yee jangan. Alysa kan ke tomboyan gitu mana suka sama begituan” ucap Steve. “udah-udah lo berdua nih ya, bukannya bantu nyaranin yang bener malah rebut” ucap Radit. “dih udah di kasih saran malah marah-marah. Yaudah terserah. Nanti nih ya, kalo gue suka sama cewek, gue bakal ngelakuin hal yang tadi gue bilang” ucap Erik. “emang ada yang mau sama lo rik?” tanya Steve polos. “wiiss jangan salah. Asal lo tau, di luar sana banyak yang ngantri, Cuma gue masih pilih-pilih” ucap Erik dengan Pede. “alahh paling juga lansia atau cabe-cabean yang kalo naik motor ber empat,berlima” ledek Steve. “ssttt diem napa” kata Radit.
            “Guys gue keluar dulu ya sebentar” ucap Devan yang bergegas keluar. Sebenarnya Devan keluar ingin menjauh dari teman-temannya yang sangat berisik. Sembari mencari rencana berikutnya. Devan pergi ke pasar malam yang tak jauh dari rumahnya. Hanya melihat-lihat. Hingga ia bertemu dengan Kirey disana. “Ka Devan?” ucap Kirey terlihat senang. Namun Devan hany terdiam. “ka.. aku kangen banget sama kaka. Mm.. ka maafin aku ya, udah ngeduain ka Dev. Ternyata ka Albert itu bukan laki-laki baik. Dia Cuma main-main aja” jelas Kirey nampak menyesal. “terus kenapa?”  tanya Devan datar. “mm.. aku masih sayang sama ka Dev, Aku pengen kita kaya dulu ka” pinta Kirey manja. “Maaf tapi gue udah sayang sama Alysa, gimana dong?” jawab Devan. Kirey nampak kesal, ia langsung memeluk Devan dengan erat. Devan pun sempat terkejut.
          “Kirey! Lepas. Apa-apan sih lo” ketus Devan. “enggak, aku gak akan lepas, sebelum kita balikkan” paksa Kirey masih memeluk Devan. “tapi gue gak sayang sama lo. Gue udah sayang sama Alysa. lepas Kirey” ucap Devan yang berusaha melepaskan pelukkan Kirey yang erat. “Devan?”  suara wanita yang sangat Devan dan Kirey kenal. Devan menoleh dan tidak lagi. ini terjadi lagi. Alysa disana, dan melihat semuanya lagi. “jadi itu benar?” ucap Alysa menggelengkan kepalanya perlahan lalu pergi dari sana. Namun Alysa tidak menangis. “Alysaa! Tungguu.. denger duluu. Kirey lepas”  ucap Devan berusaha melepaskan pelukkan Kirey. Namun, Kirey tak kunjung melepaskan pelukkannya. Mau tak mau Devan terpaksa mendorong Kirey,mengakibatkan Kirey tersungkur jatuh. Ia tak punya pilihan selain mendorong Kirey dan bergegas mengejar Alysa. “Ka Devann!! Ihhh” teriak Kirey kesal dan terbangun dari jatuhnya.
            “Alysa tunggu.. dengerin gue duluu sa” ucap Devan mengejar Alysa yang berlari kearah sebuah taman, “enggak. Gue gak mau denger apa-apa lagi sama lo. Tadinya gue pengen percaya sama lo, makanya gue kesini. Kata temen-temen lo, lo keluar. Yaudah gue langsung lacak GPS lo. Tapi pas gue kesini. Ternyata lo lagi asik-asikkan sama Kirey” jelas Alysa yang masih berlari kecil tanpa melihat kearah Devan. “Enggak sa, lo salah. Gue gak tau kalo Kirey tiba-tiba bakal meluk gue. Dia minta balikkan tapi gue gak mau sa. Please percaya sama gue sa. Saa berhenti.. dengerin dulu.” Jelas Devan. Hingga Alysa pun berhenti di sebuah taman yang sepi. “apa yang pengen lo jelasin ha? Semua udah jelas. Gue liat pake kedua mata gue sendiri.apa maksud lo mata gue salah, iya?” kata Alysa. Devan mendekat ke arah Alysa. “bukan gitu. Tapi apa yang gue bilang bener sa, gue ke sana Cuma pengen liat-liat doang, terus Kirey tiba-tiba dateng minta balikkan. Tapi gue bilang gue gak bisa, karena gue udah sayang sama elo sa. Dan tiba-tiba dia meluk gue gitu aja. Please believe me” Jelas Devan. namun Alysa hanya terdiam. Devan mulai menundukkan kepalanya.
             “Okey, maaf kalo gue bikin lo kecewa untuk kedua kalinya. Maaf  gak bisa ngebuat lo percaya sama gue. Maaf gak bisa ngasih kebahagiaan buat lo. Maaf gak bisa jadi ngejaga lo dan mungkin ayah lo bener. Gue bukan laki-laki yang baik buat lo.tapi gue akan tetep sayang sama lo” jelas Devan sangat menyesal.  Devan tertunduk. Hingga sebuah petasan membuat Devan bingung seribu bingung dan memandang petasan yang entah darimana asalnya, lalu melihat ke arah Alysa yang tersenyum lebar. Membuat Devan sangat bingung. “Sa?” ucap Devan. “You’re very sweet like lollipop. Gue percaya sama lo kok Van, dan gue… gue.. juga punya perasaan yang sama kaya apa yang lo rasain. Terimakasih udah berjuang demi gue. Udah nunjukin keseriusan lo ke gue. Gue beruntung bisa di sukain sama orang kaya lo Van.dan gue mohon sama lo, jangan ngebuat diri lo jadi ngerasa bersalah Cuma karena gue” Alysa mengembangkan senyum manisnya. Begitu juga dengan Devan yang tak menyangka dengan semua ini. “dan gue bersyukur udah di pertemukan oleh orang semanis gulali kaya lo”.
“Ciieeeeee!! Suiitt suuiitt… eheemmm..”
tiba-tiba Erik,Steve, Radit,Bagas,Tia,Naufal, dan Milla keluar dari tempat persembunyian. Ternyata ini sudah direncanakan oleh Alysa. saat Erik dan Steve berdebat. Diam-diam Radit merencanakannya pada Alysa, Milla,Naufal dan Tia melalui grup yang mereka buat pada saat itu. Kini Devan dan Alysa menjalin hubungan hingga mereka berdua bertunangan.












Thank youu so much sudah mampir dan membaca kutipan Novel "Lollipop And Cotton Candy"
semoga bisa segera dibukukan dan diterima :)
jangan lupa follow ig: ayuufitrian , twitter: @ayuFN_ , ask.fm: ayuFN21

Related Posts

There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter