#33
Setelah
lama mereka menunggu, kini saatnya pengumuman lomba untuk lanjut kebabak Final,
yang akan dilaksanakan pada esok hari. moment menegangkan bagi Alysa dan team.
Semua peserta lomba berdiri tepat di tengah lapangan dan saling berpegangan
tangan. Berdoa dalam hati yang tak karuan. Team pertama yang disebut untuk
melangkah kebabak selanjutnya ialah dari Team White Eagle dari SMA London
School II. Alysa dan team terus berdoa, karena hanya dua team yang akan lolos
ke babak Final besok. Genggaman pun semakin erat, ada yang memejamkan mata dan
ada yang berpandangan kosong. Selanjutnya juri pun mengumumkan Team kedua yang
berhasil lolos kebabak Final. Yaitu adalahh Team TS High dari SMA Star High.
Lantas membuat Alysa dan team sangat terkejut, ada yang sujud syukur, ada yang
saling berpelukan dan menitihkan air matanya. Dan Alysa memilih untuk tersenyum
lebar menahan air mata dan melihat sekeliling, melihat sorakan pendukung yang
mendukung Alysa dan team dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat kedua orang
tuanya yang bersorak bangga. Ia bersyukur dan sekaligus berfikir untuk tidak
menyikapi hal ini secara berlebihan. Karena ini bukan akhir perjuangannya.
Masih ada selangkah lagi yang harus ia lewati.
Team
pun berlari ke arah Scout meraka saling berpelukkan. “yeahh! Kerja bagus team” ucap Scout bangga. Team hanya tersenyum
dan saling menatap satu sama lain. “tapi
jangan terlalu membanggakan diri. Karena masih selangkah lagi untuk maju menuju
impian kalian. Kita bersyukur untuk hari ini dan scout harap kalian istirahat
cukup buat besok, oke?” ucap Scout. “okeee!!” jawab team serentak lalu membubarkan diri ke
orang tua masing-masing. Begitu yang Alysa lakukan. “God bless you honey” ucap Ayah seraya melebarkan kedua tangannya
disertai senyum lebar khas Ayah. Kini Alysa memeluk sang Ayah sangat erat. “kamu hebat sayang” kata mama sembari mengusap rambut Alysa yang
kini kuncirannya tak beraturan. Setelah melepaskan pelukannya, Alysa meminta
izin untuk ke toilet, ia ingin membasuh wajahnya.
Alysa
yang sudah berdiri persis di depan kaca yang lebar, menaruh sabun cuci muka dan
setangkai bunga mawar. Entah mengapa ia membawa bunga mawar itu hingga ke
toilet. Alysa pun mengabaikan bunga mawar itu dan segera mencuci wajahnya yang
nampak kusam. Setelah sudah membasuh, kemudian mengerikannya dengan handuk
kecil yang sedaritadi di letakkan di lehernya. Menatap lekat dirinya yang ada
di kaca, kemudian ia mengambil bunga yang di letakkan tak jauh dari sabun cuci
mukanya dan beranjak pergi dari tempat itu. Menuju ke mobil yang nampaknya sang
ayah sudah siap untuk mengendarainya. Mengingat sekarang pukul 3 sore, sang
Ayah mengajak untuk makan di luar sembari merayakan keberhasilan Alysa masuk ke
Final esok.
Sampainya
disebuah Mall di daerah Jakarta Utara, Alysa dan kedua orang tuanya lekas
mencari tempat makan. Mereka memilih makan di sebuah tempat Makan “Platinum”, memasuki tempat itu dan lekas duduk dibangku
kosong. Lumayan ramai pengunjung, hingga sang pramuniaga pun menghampiri mereka
dan memberikan daftar menu lalu sang pramuniaga meninggalkan mereka untuk
berfikir sejenak akan pesanan yang akan mereka pesan. Alysa yang sibuk dengan
ponselnya mengabaikan daftar menu yang ada di depannya. “sayang kamu mau makan apa?” tanya sang mama dengan tatapannya masih
tertuju pada buku menu. Namun Alysa pun tetap mengabaikan ucapan sang mama.
Alysa sangat fokus dengan ponselnya, entah apa yang membuatnya sangat fokus.
Sepertinya, ia sedang meng-stalk akun seseorang. “sayang? Kamu denger apa yang mama bilang kan?” ucap mama sekali lagi yang masih menatap buku
menu. Akhirnya, Alysa angkat bicara dan membuka buku menu yang ada di
hadapannya. Membuka halaman demi halaman. Dan tertuju pada sebuah makannan
kesukaannya. “Alysa mau nasi goreng seafood
saus tiram pedas manis sama… jus alpukatnya deh ma” kata Alysa lalu menutup kembali buku menu itu
dan kembali terfokus pada ponselnya.
Mama
memanggil sang pramuniaga, memesan, lalu menunggu pesannya. Mereka sangat sibuk
dengan masing-masing ponselnya. Hingga saat Alysa asik meng-stalk akun
seseorang, Alysa terkejut melihat status yang baru beberapa detik di post oleh
pemilik akun. dia ada di sini juga? Benak
Alysa saat melihat post-an tersebut dan langsung menoleh ke sekelilingnya.
Hingga saat ia menemukan apa yang ia cari, senyumnya mengembang. Belum ada
beberapa detik senyumnya pun memudar. Melihat Devan yang sedang bersama Kirey
di Platinum. Iya. Orang itu adalah Devan. Alysa meng-stalk Devan. sebab, selama
Alysa bertanding, tak ada kabar dari Devan si cowok Lollipop itu. Yang biasanya
selalu mengganggu Alysa, bahkan sebelum hari pertandingan Devan berkoar untuk memberikannya Semangat. Hingga kabar
terakhir dari Devan hanyalah tadi pagi. Saat ia baru selesai mandi dan
selanjutnya, Devan menghilang tanpa kabar. Dan kini, terlihat Devan bersama
Kirey, sang kekasihnya.
Sangat
mesra. Hingga membuat Alysa cemburu. Mereka sangat akrab. dekat. Tertawa
bersama. Sepertinya, Devan sangatlah bahagia bersama Kirey. Mungkin Kirey lah
orang yang selama ini Devan cari. Kirey lah orang yang tepat untuk Devan.
mengingat hubungan mereka hampir berjalan 3 bulan lamanya. Dan itu pun
merupakan rekor Devan, sebagai cowok yang tidak pernah serius dengan hubungan,
bahkan cowok yang tidak tahan lama menjaga sebuah hubungan. Selamanya hanyalah
2 minggu atau sebulan. Namun, saat ini berbeda. Hubungan Devan dan Kirey hampir
berjalan 3 bulan. Dan itu tandanya, Devan serius dengan hubungannya. Devan
sangat mencintai Kirey dan sebaliknya.
Sangat
terasa sesak di dada gadis berkuncir satu penyuka gulali itu, mengabaikan
Devan. gue kenapa, kenapa gue gini.
Kenapa sakit banget ngeliatnya. Wajarlah Devan sama Kirey mesra, mereka kan
emang pacaran. Tapi.. tapi.. kenapa
dengan gue. Apa gue cemburu? Ahh nggak, nggak mungkin. Mungkin gue Cuma shock
aja ngeliat Devan yang cuek jadi begitu. Toh, siapa gue cemburu sama dia. Benak
Alysa yang berusaha tersenyum. Kemudian pramuniaga pun datang dengan membawa
pesanan. Kini, mereka menyantap makanan tersebut. Selama di Platinum Alysa
melihat kemesraan yang membuatnya ingin segera pergi dari tempat itu. Dan
keinginannya pun terkabul, karena sang Ayah harus segera kembali ke kantor
karena ada urusan mendadak.
#34
Langsunglah Alysa bergegas meninggalkan tempat itu tanpa
menyapa Devan dan Kirey yang nampaknya mereka berdua tidak melihat adanya
Alysa. Namun, Alysa salah menebak. Devan melihat keberadaan Alysa terlebih
dulu, hingga Devan menulis status yang menunjukan bahwa Devan berada ditempat yang sama. Namun,
Devan sengaja tidak melihat keberadaan Alysa. Sepertinya Devan sengaja ingin
membuat Alysa melihat rekayasa kemesraan yang Devan buat. Saat Alysa pergi, Devan melihat langkah
Alysa yang mulai menghilang dari tempat itu. Ekspresi Devan berubah datar. “ka? Kaka kenapa? Kok jadi diem gini?” Tanya Kirey. “enggak kok, gpp” ucap Devan singkat.
Kirey hanya mengerutkan dahinya karena bingung dengan Devan.
“kamu makannya udah
belom? Kalo udah kita langsung balik” ucap Devan datar. Membuat Kirey bete
dengan sikap Devan yang tiba-tiba datar. “iya
ka” Jawab Kirey. Sedangkan Alysa,
kini sudah sampai dirumah, dan bergegas ke kamarnya, melempar badannya ke kasur
yang empuk, memandang langit-langit kamarnya. Menghelai nafas dengan pandangan
kosong. Lalu mengambil guling yang tak jauh darinya dan memeluk erat gulingnya,
posisi badannya kini miring, sembari memainkan ponsel dan ia memutarkan sebuah
lagu yang dinyanyikan oleh Little Mix berjudul Secret Love Song. Melihat
chattannya WhatsApp lamanya bersama Devan. kemudian melihat
foto-foto bersama cowok penyuka lollipop saat ia tiba-tiba datang dan
mengajaknya makan di tempat yang menakjubkan.
Untuk sesaat ia mengingat saat-saat bersama Devan. hingga
Alysa kembali berbaring, mengusap-usap wajahnya. “Ahh! Kenapa gue mikirin tuh orang terus sih. Apa-apan coba gue ini.
Siapa dia siapa gue sih. Dia? Cowok famous yang banyak pengikutnya, banyak yang
nyukain. banyak cewek-cewek yang lebih dari gue. Cewek-cewek yang berkelas. Cewek-cewek yang pinter.
Sedangkan gue? Gue mah bukan apa-apa. Gue mah Cuma cewek
ngeselin,nyebelin,sok-sokan, songong, petakilan, kasar, dan gak bisa make-up.
Mana mungkin cowok kaya dia, bisa naksir cewek macem gue bentuknya. Gue cuma
bahan ke gabuttan nya dia aja, Cuma bahan saat dia bosen aja. Cuma bahan
isengan nya dia aja. Saat dia nemuin apa yang ngebuat dia bahagia. Gue dilupai
gitu aja, ditinggalin gitu aja, dan dia mana peduli sama gue” ucap Alysa yang tak lama ia bangun dari
baringnya, dan mengambil setangkai bunga mawar dari tas sekolahnya. “coba apa kata Bagas bener. Bunga ini dari
Devan dan buat gue. Tapi itu mustahil.” Lanjutnya, menatap lekat bunga mawar merah
yang masih terlihat segar.
Alysa pun bangkit dari duduknya. Dan meletakkan bunga
mawar itu di vas bunga yang berisi air yang memenuhi setengah dari vas
tersebut. Terletak persis di meja dekat sofa kamar, Bersebelahan dengan
tumpukan majalah serta beberapa bingkai foto ukuran kecil. Alysa pun mematikan
lagu yang ia dengar dan menaruh ponsel di atas meja belajarnya dengan posisi
ponsel di charger. Alysa pun bergegas untuk tidur, karena esok ia akan
menghadapi Final.
Seiring waktu berjalan. Kini tepat pukul 09:11 PM di
sebuah Cafe Rooftop, Devan dan keempat temannya berkumpul kembali.
“wah
gila, akhirnya kita bisa kumpul bareng lagi”
ucap Radit
“iyaa
nih, akhirnya Bagas kembali juga ya, sekian lama pergi tanpa kabar dan akhirnya
kembali” ucap Stev
“alahh
dramatis lo stev. Sini gas peyuukk duluu sama om” ucap Erik sembari melebarkan kedua tangannya
seolah ingin memeluk Bagas.
“hahaha
apaan sih lo pada. Gue tau lo semua kangen banget sama gue. Tapi biasa aja
kali, gak usah sefanatik gitu” celetuk Bagas
“gas
selamat ya lo masuk Final, sorry juga kalo gue pernah buat lo jengkel” kata
Devan sembari mengembangkan senyumnya tanda bahwa ia menyesal atas apa yang
pernah ia lakukan.
“iyaa
van makasih, gue juga minta maaf gak
dengerin perkataan lo waktu itu, sampe-sampe lo hampir mau ketabrak” ucap
Bagas yang menyesali perbuatannya juga.
Mereka saling memaafkan, keadaan seperti semula.
Pertemanan mereka akan seperti ini untuk selamanya. Mereka sangat menikmati malam
ini, penuh dengan wacana dan membicarakan masa yang akan datang, mengingat
kelulusan sekolah tinggal hitungan bulan. Rencana-rencana yang sudah mereka
siapkan. Mulai dari Radit yang akan berkuliah di sebuah Universitas di Bandung,
Rencana Bagas yang akan pindah ke Yogya dan berkuliah di Universitas Gajah Mada
jika ia tidak mendapat beasiswa ke Hardvard, Steve yang berniat mengikuti jejak
Ayahnya menjadi Pembisnis muda di Amrik, Erik yang akan kuliah sembari bekerja,
hingga Devan yang akan menuruti sang Mama untuk melanjutkan kuliah di Amerika.
Semua telah mereka pikirkan matang-matang. Dan pesan mereka,
saat sukses nanti jangan saling lupa atau malah sengaja lupa. Usahakan setiap
tahun ngumpul. Kalo ada masalah dan butuh bantuan hubungin aja, terakhir jangan
ada yang ganti nomor hp terus selalu aktif akun social media. Itulah hal yang
mereka bicarakan akhir-akhir ini. Kesuksesan akan mereka dapatkan dengan cara
mereka masing-masing. Hingga malam pun semakin larut bulan semakin meninggi dan
bintang semakin bertebaran. “guys gue
balik duluan ya, besok ada Final takut kesiangan” ucap Bagas yang mulai
bangkit dari duduknya, “iya gas,
hati-hati lo di jalan” ucap Radit. “siip dit, lo juga ya semuanya balik jangan
malem-malem, besok sekolah juga lo pada” pesan Bagas. Teman-temannya hanya mengangguk
dan melemparkan senyuman. “oh iya, van
besok dateng ya ke Final. Ada hal yang harus lo lakuin untuk seseorang. Dan
btw, gue tau lo yang tadi dateng terus bawa bunga mawar buat Alysa kan. Jadi,
gue harap lo dateng buat semangatin dia lagi. gue sama dia gak ada apa-apa kok”
ucap Bagas sembari tersenyum dan melangkah pergi, membuat Devan sempat
kaget karena Bagas mengetahuinya dan teman-temannya kini menatap Devan jail.
“ehem.. ehemm” kata
Radit,Steve, dan Erik, seperti tersedak tapi tidak. Devan melihat kearah ketiga
temannya yang sudah memandang Devan dengan pandangan jail. “apaan sih lo pada” ketus
Devan. “alahh udah deh van gak usah
malu-malu gitu” ledek Steve, “jadi,
sampe mana pendekatan lo sama Alysa?” lanjut
Radit. “siapa yang malu-malu? pendekatan
apaan sih?” jawab Devan mulai bete. “ngeles mulu kaya becak oleng” ucap Erik, “tinggal
jujur doang sih susah amat. Apa jangan-jangan lo udah jadian sama Alysa? wah
wah PJ dong bro parah, jadian diem-diem aja” lanjut Erik. Devan semakin
jengkel “apaan sih lo rik, siapa yang
jadian? Gak ada yang jadian. Toh gue masih sama Kirey” kata Devan. “lo masih anggep serius hubungan lo sama sih
cewek Jepang itu?” tanya Radit
sempat tak percaya.
“enggak sih, gue
juga udah males sama tuh bocah, manja banget. Dan denger-denger dia masih sama
sih Albert itu kan ya? Hah, dia pikir
gue bisa di begoin ama tuh orang” ucap Devan terdengar kejam. “lagian bocah di pacarin, dongo sih lo van.
Cuma numpang tenar tuh anak” ucap Steve lebih kejam. “Jadii.. tunggu apa lagi van? Mau sampe kapan lo munafik kaya gitu?
Kesempatan gak dateng buat kedua kalinya. Lo tuh cowok. Mana harga diri lo
sebagai cowok yang gentleman dan
berkharismatic. Mantan ketua Osis, anak Basket, tampang oke, nyali ciut” kata
Radit. Sesaat Devan terdiam, memikirkan sesuatu. “gue cuma takut perasaan gue gak terbalas. Gue cuma takut pas gue
bilang gimana perasaan gue ke dia, dia malah ngejauh dari gue, dan gue takut
kehilangan orang yang gue sayang buat kedua kalinya” ucap Devan.
Radit
menghampiri Devan, menepuk pundaknya perlahan. “van yang namanya perasaan itu gak bisa di boongin. Sepandai-pandainya
lo sembunyiin tuh perasaan pasti bakal keungkap juga nantinya. Dan masalah
terbales atau enggaknya itu urusan belakangan van, yg penting dia tau gimana
perasaan lo ke dia. Dan kalo nantinya dia ngejauhin lo, itu hak dia, inget lho
kalo jodoh lo pasti bakal di pertemuin lagi” nasehat Radit. “tuh van denger kata si Radit teguh, dia belajar dari pengalaman dia
sama Milla, ya gak dit wkwkw” ledek Erik. “mau gue slepet lo rik?” ucap Radit sinis. “udah-udah, mending balik wey, udah hampir tengah malem nih. Besok ada
ulangan lagi” kata Steve melihat arloji di tangan kirinya. Mereka pun
akhirnya meninggalkan Rooftop mengingat sekarang hampir tengah malam.
#35
“yang awalnya gak
kenal jadi kenal, yang awalnya gak peduli jadi peduli, yang awalnya benci jadi
gak benci, yang awalnya gak suka jadi suka. Semua itu bisa terjadi kapan aja.
Jadi, saat semuanya terjadi, lo gak usah kaget atau bingung. Karena itu udah
merupakan skenario yang Tuhan buat untuk kita dan udah jadi Hukum alam” ucap Milla menasehati Alysa sepagi ini.
“jadi? Gue gak
salah mulai peduli sama orang yang gue benci?” kata Alysa melalui Skype. “enggak kok gak salah, wajar aja. Namanya juga perasaan, mana ada yang
tau, iya kan? Btw lo peduli sama siapa sih emangnya? Dan siapa orang yang lo
benci?” tanya Milla. “Mmm.. bukan
benci sih, Cuma rada kesel gimana gitu kalo gue ketemu tuh orang, Cuma kalo gak
ketemu gue kaya kangen gitu sama tuh orang…”
ucap Alysa sembari mengigit bibir bawahnya. “Devan?” jelas Milla, membuat Alysa terkejut dan sedikit
membesarkan kedua bola matanya. “ee.. kok
tau?“ ucap Alysa ragu. “ya ampun sa, kita temenan udah berapa lama
sih? Ya gue tau lo bangetlah sa. Lo berdua tuh sama-sama munafik, sok cuek, sok
jual mahal, sok gak peduli satu sama lain padahal mah pengen” jelas Milla sembari memutar kedua bola
matanya.
“lo
berdua? Maksudnya?” tanya Alysa
memastikan. “ya elo berdua, lo sama
Devan. masa lo gak peka juga sih sa sama tingkah Devan akhir-akhir ini? Emang
sih Devan tiap ketemu lo bikin elo nya jengkel. Tapi lo liat deh cara dia natap
lo, cara dia mandang lo. Liat bola matanya dia. Kalo kata Tere Liye nih ya, Ketika
kita sungguh menyayangi seseorang, maka perasaan itu tidak hanya menetap di
hati kita, tapi juga di bola mata kita.
Itulah kenapa, saat ada seseorang yang benar2 mencintai orang lain, maka rasa cintanya terlihat dari bola matanya. Bola mata itu menatap seribu kali lebih indah.” Jelas Milla. Membuat Alysa terdiam. Lalu angkat bicara “tapi Mil, Devan kan udah punya Kirey, hubungan mereka udah berjalan hampir tiga bulan” ucap Alysa. “Devan masih sama Kirey? Hmm.. tunggu tanggal mainnya aja sa” ucap Milla melebarkan senyumannya. Alysa kini mengerutkan dahinya “maksudnya Mil?” tanya Alysa. “lo tunggu aja, btw udah dulu ya, gue belom solat subuh nih, bye.. semangat ya Final nya Alysa ku” ucap Milla langsung mengakhiri percakapan. Alysa pun sempat terdiam sejenak lalu bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu, karena dia juga belum solat subuh.
Itulah kenapa, saat ada seseorang yang benar2 mencintai orang lain, maka rasa cintanya terlihat dari bola matanya. Bola mata itu menatap seribu kali lebih indah.” Jelas Milla. Membuat Alysa terdiam. Lalu angkat bicara “tapi Mil, Devan kan udah punya Kirey, hubungan mereka udah berjalan hampir tiga bulan” ucap Alysa. “Devan masih sama Kirey? Hmm.. tunggu tanggal mainnya aja sa” ucap Milla melebarkan senyumannya. Alysa kini mengerutkan dahinya “maksudnya Mil?” tanya Alysa. “lo tunggu aja, btw udah dulu ya, gue belom solat subuh nih, bye.. semangat ya Final nya Alysa ku” ucap Milla langsung mengakhiri percakapan. Alysa pun sempat terdiam sejenak lalu bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu, karena dia juga belum solat subuh.
Selesai
melaksanakan solat subuh, Alysa bergegas untuk Final. mulai berpakaian,
menyisir rambut hingga mengikatnya, mempersiapkan tas dan sepatu olahraganya
yang siap di bawa turun kebawah, menenteng sepasang sepatu di tangan kirinya
dan menggandeng tas dipundak kanannya, melangkah menuju pintu kamar, siap
memegang gagang pintu kamarnya. Namun, ia mengingat setangkai bunga mawar merah
yang berada di meja dekat tumpukan majalah dan beberapa bingkai foto berukuran
kecil. Alysa menoleh ke arah vas bunga
itu. Menatap lekat bunga mawar sembari tersenyum. Lalu, ia bergegas untuk ke
ruang tamu. Melangkah kan kakinya ke setiap anak tangga, melihat sang mama
sudah siap di meja makan yang di temani oleh sang ayah di depannya sembari
membaca Koran kesukaannya. Alysa meletakkan tas dan sepatunya di sofa lalu
bergegas menghampiri mama dan ayahnya. Melakukan ucapan selamat pagi yang rutin
di lakukannya dan duduk di sebelah sang mama.
“hari ini Alysa makan roti sama susu aja ma,
lagi gak mood buat makan nasi” ucap Alysa mulai mengambil beberapa helai roti
serta selai coklat di hadapannya. Sang mama pun hanya meng-iya kannya saja.
Sementara sang ayah fokus pada Koran yang dibacanya di temani dengan segelas
kopi susu yang nampaknya sudah setengah di minum. Alysa pun mulai melahap roti,
hingga sang mama mulai bertanya mengenai keadaan Mike. Lantas Alysa menjawab yang ia tahu. Dan
Ayah pun mulai tertaring dengan pembahasan yang sedang Alysa dan Mama
bicarakan. Pasalnya, Mike memang dekat dengan kedua orang tua Alysa, bahkan
orang tua Alysa dan orang tua Mike sudah sangat akrab sejak Alysa dan Mike
berusia 5 tahun. Sempat mereka ingin menjodohkan Alysa dengan Mike, namun
melihat ke akraban mereka seperti abang adik. Keinginan itu pun tidak di
laksanakan. Karena nampaknya Alysa atau pun Mike memang lebih nyaman sebagai
seorang Sahabat hingga saat ini. Percakapan mereka berakhir seiring selesainya
Alysa melahap sepotong roti dan segelas susu putih. Alysa beranjak untuk
memakai sepatu olahraganya.
Selesai
memakai sepatu, ia pun beranjak ke halaman depan, memasuki mobil yang siap
laju. Alysa yang sedang asik memainkan ponselnya sempat terkejut melihat ada
panggilan masuk dari Devan. antara senang
dan bingung, pasalnya ada sang Ayah. Alysa sempat membiarkan ponselnya
berdering. “nak itu ada telepon kok gak
kamu angkat sih? Dari siapa emang? Angkat gih siapa tau aja penting” kata
sang Ayah yang mendengar ponsel Alysa
bordering namun tak juga di angkat oleh Alysa. “iya yah” jawab Alysa, kini Alysa mengangkat telepon dari Devan
dengan ragu.
“halo..
kenapa?” ucap Alysa tanpa menyebutkan nama sih
penelepon
“Mmm..
haii sa, hari ini Final ya? Semangat ya, semoga lo lolos terus bisa kuliah di
Hardvard” ucap Devan
“iya
makasih” jawab Alysa
singkat
“ee..
ada yang pengen gue omongin sama lo sa” ucap Devan ragu
“apa?”
jawab Alysa semakin
memelankan suaranya agar sang ayah tidak mendengarnya.
“nanti
aja, nanti gue dateng ke Final lo. Gue yakin lo pasti bakal terkejut dan gak
nyangka banget. Oke? Yang menting lo semangat ya.. bye” jelas Devan yang mulai mengembangkan
senyumnya dari balik ponsel. Begitu pun juga Alysa yang memegang erat ponselnya
sembari tersenyum. Namun semua menghilang begitu saja saat sang ayah bertanya
kepada Alysa mengenai siapa yang meneleponnya. Lantas Alysa menjadi kebingungan
dan ia berbohong lagi pada Ayahnya.
Sementara
itu, Devan berangkat kesekolah lebih awal dengan mengendarai motor ninja
merahnya. Devan sengaja tidak membawa mobilnya, karena rencananya hari ini ia
akan mengajak gadis berkuncir satu untuk
Dinner lalu menyatakan perasaannya. Ia akan mengajak Alysa ketempat dimana
mereka pernah makan berdua. Tempat favorite Devan saat hatinya tak menentu. Dan
tempat itu juga yang akan membawa kebahagian bagi kehidupan Devan. sesampainya
Devan di sekolah, ia bertemu dengan Tia,
mantan Sekretaris Osis.
“Haii van” sapa Tia sembari membawa beberapa berkas di pelukannya. “Hai ti” balas Devan sembari tersenyum. “tumben dateng jam segini, gak biasanya van.” Tanya Tia menatap Devan bingung. “heheh iya, lagi pengen dateng jam segini aja” Devan tercengir. “oh iya, besok kita ada rapat ya van, buat ngomongin tentang perpisahan kelas 12” ucap Tia. “oh iya ti” jawab Devan. “yaudah van gue ke ruang Osis duluan ya, mau naro ini” kata Tia menunjukan berkas yang dia bawa, lalu beranjak pergi meninggalkan Devan. Devan pun mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan indoor dengan masih mengenakan tas.
“Haii van” sapa Tia sembari membawa beberapa berkas di pelukannya. “Hai ti” balas Devan sembari tersenyum. “tumben dateng jam segini, gak biasanya van.” Tanya Tia menatap Devan bingung. “heheh iya, lagi pengen dateng jam segini aja” Devan tercengir. “oh iya, besok kita ada rapat ya van, buat ngomongin tentang perpisahan kelas 12” ucap Tia. “oh iya ti” jawab Devan. “yaudah van gue ke ruang Osis duluan ya, mau naro ini” kata Tia menunjukan berkas yang dia bawa, lalu beranjak pergi meninggalkan Devan. Devan pun mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan indoor dengan masih mengenakan tas.
Sangat
sunyi, hanya ada bola yang tergeletak di tengah lapangan. Devan menatap lekat
lapangan itu. Menuju ke tengah lapangan dan mengambil bola basket yang
tergeletak begitu saja. Mengingat pertama kali ia berbicara pada gadis
berkuncir satu itu. Devan memandang bola basket sembari tersenyum mengingat
kejadian yang sederhana namun indah untuk di ingat kembali. Apa yang Milla
bilang dulu itu benar terjadi. Dan kini Devan sangat merasakannya. Devan sangat
nyaman berada di dekat gadis itu. Gadis petakilan yang menggemaskan. Devan suka
saat melihat gadis itu bete karena Devan yang selalu mengganggunya. Devan juga suka dengan kebodohan gadis itu.
Yang selalu peduli pada kebahagian seseorang namun ia lupa akan kebahagiannya
sendiri. Devan janji, akan selalu memberikan kebahagiaan itu untuk Alysa.
#36
Sesampainya di Gedung Olahraga. Alysa bergegas menuju ke lapangan, sudah ada banyak orang disana. Alysa menghampiri team nya. Pertandingan di mulai 1 jam lagi. akhirnya mereka bersiap untuk melakukan pemanasan dan latihan sebelum bertanding. Selama latihan, Alysa terlihat senyum-senyum sendiri. Ia tak sabar menanti Devan. apa yang akan Devan bicarakan padanya. Kenapa Alysa tidak bisa mengontrol perasaannya. Kini pandangan Alysa meleset pada dua orang yang sedang berdiri di pintu masuk ke lapangan.
Seorang gadis dengan mengenakan sweater berwarna crem dan rok rompi pendek berwarna hitam serta sepatu kets cream, dengan rambut dibiarkan tergerai dengan jepitan berwarna putih di sebelah kiri. Bersama dengan seorang laki-laki yang mengenakan kaos putih di balut dengan kemeja yang tak di kancing dan lengan dibiarkan tergulung hingga sikut di sertai celana jeans dan sepatu kets hitam duduk di kursi roda. Alysa membesarkan kedua bola matanya dan mulutnya membentuk huruf O samar. Dan menghampiri kedua orang yang sedaritadi melihat Alysa berlatih sembari tersenyum.
Sesampainya di Gedung Olahraga. Alysa bergegas menuju ke lapangan, sudah ada banyak orang disana. Alysa menghampiri team nya. Pertandingan di mulai 1 jam lagi. akhirnya mereka bersiap untuk melakukan pemanasan dan latihan sebelum bertanding. Selama latihan, Alysa terlihat senyum-senyum sendiri. Ia tak sabar menanti Devan. apa yang akan Devan bicarakan padanya. Kenapa Alysa tidak bisa mengontrol perasaannya. Kini pandangan Alysa meleset pada dua orang yang sedang berdiri di pintu masuk ke lapangan.
Seorang gadis dengan mengenakan sweater berwarna crem dan rok rompi pendek berwarna hitam serta sepatu kets cream, dengan rambut dibiarkan tergerai dengan jepitan berwarna putih di sebelah kiri. Bersama dengan seorang laki-laki yang mengenakan kaos putih di balut dengan kemeja yang tak di kancing dan lengan dibiarkan tergulung hingga sikut di sertai celana jeans dan sepatu kets hitam duduk di kursi roda. Alysa membesarkan kedua bola matanya dan mulutnya membentuk huruf O samar. Dan menghampiri kedua orang yang sedaritadi melihat Alysa berlatih sembari tersenyum.
“Milla.. Mikee.. ya ampunnn!!” seru Alysa, senang melihat kedua sahabatnya
ada disini. “hai sa” Ucap Mike
terlebih dahulu, lalu di ikuti oleh Milla sembari tersenyum manis. “haii kalian berdua, ya ampun kok kalian gak
kabarin gue dulu sih mau kesini. Gilaa y ague seneng banget lho” kata Alysa tak percaya. “Mike pengen liat lo tanding sa, kebetulan keadaan Mike mulai membaik
jadi gak masalah buat keluar, yaa meski belum pulih buat jalan, jadi harus
pakai kursi roda untuk sementara waktu. Dan kebetulan pengumuman lomba gue juga
udah keluar tadi” jelas Milla. “ohh gitu ya, terus gimana hasil lombanya
Mil?” tanya Alysa. “Alhamdulillah dapet juara 2 sa” ucap Milla senang. “wahhhh selamaatt ya Millaaa” Alysa pun juga ikut senang dan mereka
berpelukkan.
“eheemm.. ehemm.. yang disini di cuekin aja nih? Gak di peluk juga” sindir Mike yang hanya melihat Milla dan Alysa berpelukkan, lalu mereka melepas pelukkan dan berujung saling merangkul saat Mike berkata seperti itu. “yee Mike mah maunya” ledek Alysa. “iya lah mau, siapa coba yang gak mau di peluk dua bidadari cantik” gombal Mike. Alysa dan Milla hanya tercengir. Sementara pluit scout telah berbunyi, itu tandanya pertandingan akan di mulai. “yaudah kalian cari tempat duduk yang nyaman ya, gue mau kesana duluu.. bye” ucap Alysa bergegas menuju scout. Kini, mereka berdoa, kemudian beryel-yel. Dan menuju ke lapangan. Sekarang penentuan. Banyak gossip bahwa lawan mereka sangat hebat. Namun Alysa sangat percaya, bahwa ia dan team bisa menjadi lebih hebat dari team lawan. Sebelum pluit wasit berbunyi, Alysa memandang kembali kedua orang tua, Scout, Milla, Mike dan orang-orang yang mendukung dirinya. Tidak ingin mengecewakan siapapun. Namun ia juga tidak bisa memaksakan diri bila nanti hasilnya tak sesuai keinginan. Dan pluit pertama di bunyikan oleh sang wasit. Mereka mulai bertanding, sorak ramai mulai memenuhi lapangan.
“eheemm.. ehemm.. yang disini di cuekin aja nih? Gak di peluk juga” sindir Mike yang hanya melihat Milla dan Alysa berpelukkan, lalu mereka melepas pelukkan dan berujung saling merangkul saat Mike berkata seperti itu. “yee Mike mah maunya” ledek Alysa. “iya lah mau, siapa coba yang gak mau di peluk dua bidadari cantik” gombal Mike. Alysa dan Milla hanya tercengir. Sementara pluit scout telah berbunyi, itu tandanya pertandingan akan di mulai. “yaudah kalian cari tempat duduk yang nyaman ya, gue mau kesana duluu.. bye” ucap Alysa bergegas menuju scout. Kini, mereka berdoa, kemudian beryel-yel. Dan menuju ke lapangan. Sekarang penentuan. Banyak gossip bahwa lawan mereka sangat hebat. Namun Alysa sangat percaya, bahwa ia dan team bisa menjadi lebih hebat dari team lawan. Sebelum pluit wasit berbunyi, Alysa memandang kembali kedua orang tua, Scout, Milla, Mike dan orang-orang yang mendukung dirinya. Tidak ingin mengecewakan siapapun. Namun ia juga tidak bisa memaksakan diri bila nanti hasilnya tak sesuai keinginan. Dan pluit pertama di bunyikan oleh sang wasit. Mereka mulai bertanding, sorak ramai mulai memenuhi lapangan.
Sementara
di Star High, Devan mengikuti pelajaran dengan sangat serius. Hingga bel
istirahat berbunyi. Devan merapihkan semua buku yang tadi ia pelajari. Mengingat
hari ini Devan akan melihat Alysa bertanding. hingga Radit, Steve dan Erik menghampiri Devan. “mau kemana lo van?” tanya Radit. “mau ke final nya Bagas” jawab Devan yang bersiap-siap. “Final Bagas atau Alysa?” ledek Erik. “ahh sama aja” ucap Devan, membuat Radit, Steve, dan Erik
hanya tercengir melihat ekspresi Devan. “udah
dulu ya, gue buru-buru nih” lanjut
Devan, menepuk satu per satu pundak temannya. “hati-hati lo van, jangan ngebut” pesan Steve. Devan hanya
memberikan isyarat dengan mengancungkan jempolnya. Sesampainya di parkiran,
Devan di tahan oleh Kirey. “Haii ka Dev.
Lho mau kemana ka?” tanya Kirey
menatap Devan yang menggandeng ransel. “mau
ke pertandingan volley” jawab Devan.
Kirey menaikkan
alis kanannya. “ihh ngapain ka? Dari pada
kesana mending disini aja sama aku ka, kita ke kantin” ucap Kirey manja. “kaka udah janji sama Alysa, mau semangatin
dia. Ini kan Final.” Jelas Devan. Kirey yang kesal saat mendengar Alysa.
memaksa Devan untuk tidak pergi. Menarik-narik tangan Devan agar tidak jadi pergi. Devan pun hanya
menghelai nafas melihat Kirey begitu seperti bocah. “maaf Rey, ka Dev gak bisa” ucap Devan sembari melepaskan tangan Kirey
yang sedaritadi menarik tangan Devan. membuat Kirey semakin kesal. “oke. Jadi, Ka Dev milih dia di banding aku.
Iya? Aku pacar kaka lho. Sedangkan dia bukan siapa-siapa ka Dev” Kirey mulai lagi. membuat Devan sangat
jengkel. “bisa gak sih kamu ngertiin ka
Dev? Sekali aja. Ka Dev Cuma mau semangatin doang. Toh, itu kan juga dari
sekolah kita. Bawa nama sekolah.” Ucap Devan. “aku ngertiin ka Dev kok, Cuma aku gak suka aja kalo ka Dev deket-deket
cewek itu. Aku gak akan ngelarang kaka untuk deket sama cewek siapa pun. Asal
jangan sama dia.” Jawab Kirey.
“kamu ngertiin ka Dev? Hah. Ka Dev gak pernah tuh ngelarang kamu deket-deket sama Albert. Jalan bareng sama Albert. Mesra-mesraan bareng Albert. Sampe ciuman sama Albert. Gak pernah kan ngelarang kamu” ucap Devan yang to the point. Membuat Gadis keturunan Jepang itu terbelalak. “Ka.. ka Dev ngomong apa sih? Aku gak gitu kok sama ka Albert” Ucap Kirey terbata-bata. “alah udah deh Rey, gak ada yang harus kamu tutup-tutupin lagi dari kaka. Kaka tau semuanya. Jangan fikir, kaka diem aja terus kaka gak tau apa-apa tentang hubungan kamu sama Albert kan. Udah ya, mending kita udahan aja. Kaka gak bisa lama-lama sama orang yang cuma main-main aja. Dan cuma numpang tenar aja. Bahagia ya Rey sama Albert.” Ucap Devan tersenyum manis, lalu menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan Kirey yang terdiam kaku. “tunggu ka” ucap Kirey saat Devan sudah melaju. Kirey yang sepertinya tidak terima dengan perlakuan Devan, mengikuti Devan. Kirey bergegas ke arah mobilnya dan melaju dengan cepat. tak peduli dengan sekolahnya.
“kamu ngertiin ka Dev? Hah. Ka Dev gak pernah tuh ngelarang kamu deket-deket sama Albert. Jalan bareng sama Albert. Mesra-mesraan bareng Albert. Sampe ciuman sama Albert. Gak pernah kan ngelarang kamu” ucap Devan yang to the point. Membuat Gadis keturunan Jepang itu terbelalak. “Ka.. ka Dev ngomong apa sih? Aku gak gitu kok sama ka Albert” Ucap Kirey terbata-bata. “alah udah deh Rey, gak ada yang harus kamu tutup-tutupin lagi dari kaka. Kaka tau semuanya. Jangan fikir, kaka diem aja terus kaka gak tau apa-apa tentang hubungan kamu sama Albert kan. Udah ya, mending kita udahan aja. Kaka gak bisa lama-lama sama orang yang cuma main-main aja. Dan cuma numpang tenar aja. Bahagia ya Rey sama Albert.” Ucap Devan tersenyum manis, lalu menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan Kirey yang terdiam kaku. “tunggu ka” ucap Kirey saat Devan sudah melaju. Kirey yang sepertinya tidak terima dengan perlakuan Devan, mengikuti Devan. Kirey bergegas ke arah mobilnya dan melaju dengan cepat. tak peduli dengan sekolahnya.
Kini saatnya
beristirahat, menanti babak ke dua sekaligus babak penentuan. Alysa yang
celingak-celinguk tak juga menemukan sosok Devan. pandangan Alysa kini tertuju
pada keberadaan Mike dan Milla yang mengisyaratkan bahwa dirinya harus ke sana.
Alysa pun menghampiri Milla dan Mike yang berada di kursi penonton paling
depan. Mengingat Mike memakai kursi Roda jadi tidak memungkinkan untuknya duduk
di deretan atas atau tengah. “wah keren
banget sa” ungkap Mike mengacungkan kedua jempolnya. “yoii.. siapa dulu dong Alysa Avriel” ucap Alysa membanggakan dirinya sendiri. “semoga menang ya sa” lanjut Milla. “Aamiin ya Allah Aaamiin.. doain aja ya Mil”
ucap Alysa sembari mengusap wajahnya. “eh
tapi kalo lo menang, berarti lo dapet beasiswa kesana ya? Terus ntar lupain gue
lagi” kata Mike. “ya elah
tenang aja kali sama gue mah. Mana mungkin gue lupain lo sih. Lo berdua tuh,
gak bakal terlupakan. Eeaa wkwkwkw” ucap Alysa membuat Milla dan Mike
melebarkan senyumannya. Hingga seketika Bagas menghampiri Alysa.
“Alysa” sapa Bagas. “eh Bagas” ucap Alysa. “eh ada Milla juga” lanjut Bagas yang
melihat adanya Milla. Lalu, pandangan Bagas beralih ke Mike. “kenalin gas, ini sahabat gue sekaligus
pacarnya Milla, namanya Michel” Ucap
Alysa mengenalkan Mike pada Bagas. “halo
gue Bagas, salam kenal” ucap Bagas tersenyum sembari berjabatan tangan. “salam kenal juga, gue Michel panggil aja
Mike” Mike tersenyum. “oh iya sa, ada Devan tuh di gerbang. Ke
sana gih” kata Bagas membuat Alysa senang namun ia menahan agar tidak di
ledeki oleh Milla atau pun Bagas. “ciee” senggol
Milla menggoda Alysa. Alysa hanya tersipu malu, lalu bergegas ke gerbang. “Devan itu siapa?” tanya Mike bingung. “Devan itu orang yang Alysa suka” jawab Milla. “dan Devan juga suka Alysa” lanjut Bagas. “ohh jadi selama ini Alysa udah bisa move on dari Naufal. Yang mana sih
anaknya?” ucap Mike penasaran. “yaudah
mending kita ngintip mereka aja yuk” ide Bagas. Bagas, Milla, dan Mike pun
mengikuti langkah Alysa yang sudah terlebih dulu pergi.
Kini hati Alysa
semakin berdebar-debar, seperti ingin bertemu dengan sang pangeran. Tersenyum
di setiap langkahnya yang akan menuju ke pujaan hatinya. Alysa sangat yakin,
bahwa dirinya telah Jatuh Cinta kembali. Dengan orang yang berbeda. Selama
hampir dua tahun lebih dirinya menutup rapat pintu hatinya dan kini terbuka
dengan kedatangan sosok Devan. dan langkahnya terhenti di pintu masuk gedung,
melihat Devan yang baru saja datang dengan mengendarai motor ninja merahnya,
dan bergegas berdiri dari duduknya. Mulut Alysa mulai terbuka, ingin memanggil
Devan. Baru saja Alysa ingin memanggil Devan. sosok wanita datang menghampiri
Devan, mencium bibir Devan dengan sangat tiba-tiba dan mesra. Iya! Wanita itu
ialah Kirey. Mantan pacar Devan yang baru saja Devan putuskan lalu mengikuti
Devan hingga ke tempat ini. Nyatanya Kirey masih belum bisa terima, Devan
memutuskan dirinya begitu saja.
Alysa yang melihat kejadian itu. Tanpa sadar meneteskan air matanya, mulutnya tertutup dan bergetar. Alysa tertunduk. Air matanya semakin deras, ia merasakan sesak didadanya. Sangat sesak. Rasa apa ini? Kenapa sesakit ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pergi? Iya, ingin sekali pergi dari sana. Namun, tubuhnya melemas. Tak sanggup untuk bergerak. Apa yang ia harapkan sekarang? Kini jelas dimatanya. Harapannya pupus lagi. Apa Devan mencintai dirinya atau Kirey? Pertanyaan bodoh. Sangat jelas, Devan mencintai Kirey, layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. Bagas, Milla, dan Mike juga sangat terkejut melihat kejadian itu. Terutama Mike, Mike merasa sangat kesal. Melihat sahabatnya di permainkan.
Alysa yang melihat kejadian itu. Tanpa sadar meneteskan air matanya, mulutnya tertutup dan bergetar. Alysa tertunduk. Air matanya semakin deras, ia merasakan sesak didadanya. Sangat sesak. Rasa apa ini? Kenapa sesakit ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pergi? Iya, ingin sekali pergi dari sana. Namun, tubuhnya melemas. Tak sanggup untuk bergerak. Apa yang ia harapkan sekarang? Kini jelas dimatanya. Harapannya pupus lagi. Apa Devan mencintai dirinya atau Kirey? Pertanyaan bodoh. Sangat jelas, Devan mencintai Kirey, layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. Bagas, Milla, dan Mike juga sangat terkejut melihat kejadian itu. Terutama Mike, Mike merasa sangat kesal. Melihat sahabatnya di permainkan.
Saat Kirey
melepaskan ciumannya. Devan membesarkan kedua bola matanya. Tak menyangka Kirey
mengikuti dirinya dan tiba-tiba menciumnya. “Kirey?”
ucap Devan kaget. Lalu, Kirey menolehkan pandangannya ke arah Alysa yang
masih berdiri disana dengan air mata yang semakin membasahi wajahnya. Seolah
Kirey sudah tau keberadaan Alysa. diikuti dengan Devan yang menoleh ke arah pandangan
Kirey dan terkejut dengan keberadaan Alysa, yang mungkin melihat kejadian itu.
Iya! Memang sudah melihatnya. “Alysa?” ucap
Devan membesarkan kedua bola matanya dengan mulutnya membentuk huruf O samar.
Devan mencoba menghampiri Alysa yang sedang menangis. Sempat ditahan oleh
Kirey, namun Devan membrontak. 5 langkah dari Alysa. Alysa sudah menyuruh Devan
untuk berhenti. “Stop! Stop right there. Don’t closer!” teriak
Alysa spontan. “Alysa.. I’m sorry. Ini
Cuma kesalahan” Devan mencoba menenangkan Alysa.
“Kesalahan? Apanya yang kesalahan? Itu bukan kesalahan.
Tapi gue. Gue kesalahan, I'm in love
with someone's baby! And that’s
the biggest mistake I do. Harusnya gue tau. Kalo orang yang udah punya
pacar gak akan mungkin punya perasaan ke cewek lain. gue terlalu bodoh
menyikapi hal ini. Harusnya gue denger
kata Ayah, kalo lo itu bukan yang terbaik buat gue van. Dan gue paham sekarang.
Lo mau bales dendam kan sama gue? Karena gue sering bikin lo jengkel. Dan
sekarang, lo berhasil van. Lo berhasil buat gue jengkel sekaligus lo
berhasil ngancurin hati gue. Oh ya
sorry.. gue yang terlalu berharap sama lo van. So, that’s my fault” Ucap Alysa dengan gerak-gerik seadanya,
berusaha tersenyum saat air matanya ia tahan untuk tidak menetes lagi. “Sa, dengerin gue dulu sa. Gue sama Kirey
udah gak ada hubungan apa-apa. Gue mohon sama lo sa. Gue sayang banget sama lo
sa” lagi-lagi Devan mencoba
menjelaskan, Namun Alysa tetap mengabaikannya. “bullshit, fuck off!” jawab Alysa singkat lalu bergegas pergi.
Namun, Devan menahan Alysa dan memaksa untuk memeluk Alysa. Alysa membrontak namun pelukkan Devan sangat erat, hingga akhirnya Alysa tak bisa berkutik dan mulai meneteskan kembali air matanya yang ia tahan. Devan memeluk Alysa sembari memejamkan kedua bola matanya, tak sanggup melihat orang yang ia sayang menangis karena dirinya. Bagas, Mike, dan Milla terdiam serta terharu melihat kejadian itu. Bagaimana tidak, Devan menunjukkan betapa sayangnya ia pada Alysa. Devan? laki-laki yang tak pernah serius dalam hubungan dan seenaknya dengan perasaan orang yang menembaknya. Kini, berbeda dari Devan yang dulu. Devan menunjukan jati dirinya yang sebenarnya. Laki-laki yang sebenarnya memiliki perasaan yang lembut dan penyayang namun tertutup oleh sikap acuhnya. “gue bener-bener sayang sama lo sa. It's obvious you're very meant for me.” bisik Devan. “ Apa yang lo liat tadi itu gak bener. Gue gak tau kalo tiba-tiba Kirey dateng. Gue bener-bener udah putus sama dia sa. Believe me sa, please.” Lanjut Devan.
Namun, Devan menahan Alysa dan memaksa untuk memeluk Alysa. Alysa membrontak namun pelukkan Devan sangat erat, hingga akhirnya Alysa tak bisa berkutik dan mulai meneteskan kembali air matanya yang ia tahan. Devan memeluk Alysa sembari memejamkan kedua bola matanya, tak sanggup melihat orang yang ia sayang menangis karena dirinya. Bagas, Mike, dan Milla terdiam serta terharu melihat kejadian itu. Bagaimana tidak, Devan menunjukkan betapa sayangnya ia pada Alysa. Devan? laki-laki yang tak pernah serius dalam hubungan dan seenaknya dengan perasaan orang yang menembaknya. Kini, berbeda dari Devan yang dulu. Devan menunjukan jati dirinya yang sebenarnya. Laki-laki yang sebenarnya memiliki perasaan yang lembut dan penyayang namun tertutup oleh sikap acuhnya. “gue bener-bener sayang sama lo sa. It's obvious you're very meant for me.” bisik Devan. “ Apa yang lo liat tadi itu gak bener. Gue gak tau kalo tiba-tiba Kirey dateng. Gue bener-bener udah putus sama dia sa. Believe me sa, please.” Lanjut Devan.
Terimakasih sudah berkunjung^^
Selamat Membaca! Silakan berpendapat Jika ada yang tidak benar :)
Minggu depan the end lhoo^^
