Jakarta, Senin, 16 Juli 2018
pukul 06:30 WIB
Halo..
aku AyuFitrianingsih, usia 19 tahun. lulus dari sekolah menengah 1 tahun silam. aku anak pertama dari tiga bersaudara, menjadi anak pertama itu sangat amat berat dan bertanggung jawab yang besar. memaksa untuk berfikir dewasa. saat ini aku berada disebuah ruang kecil yang sepi, hanya ada aku dan sebuah ponsel serta musik yang mengalun dari ponsel. aku terus menyimpan perasaan ini, perasaan yang sangat menyiksa. aku fikir aku butuh berkonsultasi ke seorang psikolog, [dan anehnya aku ingin menjadi seorang psikolog dengan alasan aku ingin memahami orang-orang dan membantu masalah mereka padahal aku sendiri pun sangat kacau] ada banyak hal yang ingin aku sampaikan pada seorang psikolog. aku ingin tahu siapa aku yang sebenarnya, karena aku merasa aku tidak tahu siapa aku, aku tidak tahu apa-apa tentang aku sendiri. terkadang aku merasa sangat kacau, aku membenci hidup dan diriku, aku juga membenci pekerjaanku, tapi aku harus terus bekerja pada pekerjaan yang aku benci itu hanya untuk mendapat sebuah uang untuk keluarga dan kedua adikku. ya, aku bukan orang kaya seperti mereka dan kalian. yang selalu terpenuhi semua keinginannya, sementara aku harus berjuang untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. kadang saat itu aku merasa kalau hidup ini tidak adil untukku. mengapa aku selalu harus berjuang sekeras itu hanya untuk mendapatkan hal yang kecil? terkadang pertanyaan itu selalu menghantui isi kepalaku. Sejujurnya, aku tidak pernah bercerita segala kesulitan ini pada siapapun, bahkan orang tuaku pun tidak pernah tahu. aku tidak ingin mereka terlibat dalam kesulitanku, aku tidak ingin mereka mengkhawatirkan aku, bahkan aku pun tidak tahu harus memulai dari bagian mana terlebih dulu, karena banyak sekali kesulitan-kesulitan itu.
Sudah sangat lama sekali aku seperti ini, merasa seperti ini, namun di usia 19 tahun ini dan entah mengapa aku semakin tertekan, tertekan dengan banyak hal persoalan. keadaan membuat aku harus bersikap dan berfikir dewasa. harus menyampingkan urusan yang tak penting seperti halnya percintaan. aku pernah berpacaran saat SMP, dan itulah cinta monyet yang tak memiliki arti apa-apa dan bodohnya aku pernah melakukan hal yang tak penting itu dulu. aku pernah sangat iri dengan mereka yang memiliki kekasih, namun saat ini aku menyadari aku harus memikirkan hal yang paling penting dalam kehidupanku, Keluarga dan karier adalah yang terpenting saat ini dan pada akhirnya, aku hanyalah seseorang yang egois. meski aku terus mendambakan sebuah keluarga kecil yang bahagia dimasa depan, tapi lagi-lagi aku harus menyampingkan dambaan itu sesaat. dan setiap harinya aku selalu (harus) melihat sisi positif dalam kehidupan dan dunia ini. memaksa untuk memahami segala kejadian yang terus terjadi setiap harinya, menjadikannya sebuah pelajaran hidup. Lelah? sangat amat lelah, seperti dalam kurungan dengan beberapa banyak peraturan. seolah aku hidup bebas tapi sebenarnya tidak. aku hanya ingin benar-benar bebas, melakukan hal yang aku ingin lakukan bukan dengan paksaan atau tuntutan kehidupan.
Aku merasa sangat hancur dibeberapa waktu dan terkadang merasa sangat baik-baik saja. dan selalu seperti itu setiap harinya. aku merasa mengalami depresi dan tekanan yang cukup hebat dalam waktu jangka yang cukup lama. bahkan saat keadaan sekeliling sepi, aku terdiam dan pikiran-pikiran sialan itu bermunculan, air mataku mengalir deras, dadaku penuh sangat penuh sangat terasa sesak, aku menangis entah karena apa penyebabnya. aku sangat takut dan bingung. aku merasa belum mencapai apapun. lalu keadaan kembali normal seperti tidak pernah ada yang terjadi. ya aku sangat lelah seperti itu setiap saatnya. selalu baik-baik saja lalu kemudian sangat hancur hingga dada terasa sesak. aku fikir aku seorang bipolar, tapi aku tidak bisa memutuskannya begitu saja tanpa sebuah tes dari seorang psikolog.
Setiap kali aku benar-benar merasa stress dan depresi, aku hanya perlu memotong rambutku sendiri, bahkan aku pernah berfikir untuk memangkasnya habis.
Terkadang, aku tidak membutuhkan siapapun untuk bercerita hal ini, bahkan aku tidak berminat memiliki banyak teman sekalipun, temanku bisa terhitung tapi aku senang dengan mereka, sebab mereka adalah orang terpenting dalam hidupku, mereka bisa membantuku menghilangkan sedikit penat dikepala. jujur saja, untuk berteman aku memang sangat pemilih, aku memilih sebuah kualitas dari seornag teman. aku bukan tipe orang yang memetingkan kuantitas yang ternyata kualitasnya sangat amat buruk. toh, ketika aku beranjak dewasa, seorang demi seorang akan pergi dengan kesibukkan mereka. dan pada akhirnya, aku memang harus menjalani kehidupan ini seorang diri. ya meski aku tetap tak butuh siapapun untuk bisa memahami aku. karena aku merasa semua orang tak akan pernah bisa memahami aku dan benar saja. mereka tak ada yang benar-benar memahami aku. yang mereka tahu, aku seseorang teman yang baik, selalu ada untuk mereka, dewasa, pendiam, cuek, pendengar yang baik, selalu membuat guyonan, ramah, menyebalkan, sepemikiran, dll. tapi mereka salah. aku tidak seperti itu, aku cukup tertekan dan seseorang yang sangat kacau bukan seseorang yang terlihat baik-baik saja. memang salahku tak pernah mau menceritakan apa saja kesulitan itu, aku hanya takut mereka tak bisa memahami setiap kalimat yang aku sampaikan, toh lagi pula aku juga bingung harus memulainya darimana. aku hanya perlu terlihat kuat agar tak seorang pun mengkhawatirkanku.
Namun kali ini, aku ingin sekali menulis semua ini, disini. tak peduli tanggapan orang-orang, aku hanya ingin menyampaikan apa yang aku rasa, yang tak pernah bisa aku sampaikan pada siapapun. setidaknya 5% dari 1000% telah berkurang.
Ini alasan, mengapa aku ingin menjadi seorang penulis. aku tidak pandai menyampaikan apa yang sebenarnya aku inginkan dan yang tidak aku inginkan. aku selalu menulis tentang apa-apa saja yang aku rasa selama ini, dan begitulah cara aku untuk menyampaikan apa yang aku ingin dan tidak ingin. aku merasa lega setiap kali bisa menyampaikannya melalui sebuah kalimat yang aku tulis. dan suatu hari aku ingin membuat buku biografi ku sendiri. sebuah perjalan hidup yang sangat sulit setiap harinya dan bahkan untuk mencapai hal itu aku harus berjuang keras lagi. dan bila semuanya tak sesuai dengan keinginanku, aku harus bisa memakluminya. Ya, berkeinginan di kehidupan yang kejam ini memang tak mudah. meski sudah berjuang dengan keras sekalipun.
Dan terkadang aku berfikir, kematian akan lebih baik dari sebuah kehidupan seperti ini. sebenarnya, aku hanya ingin bertemu dengan Tuhan, menangis dihadapannya, aku ingin dia melihat air mata yang tak pernah orang lain lihat. sederas apa dan sesakit itulah aku. aku hanya ingin Tuhan melihat betapa sembabnya kedua mata ini dan hancurnya hati yang telah ia ciptakan. aku hanya ingin memeluk Tuhan dan tetap dalam keadaan menangis. aku hanya ingin benar-benar merasakan kenyamanan yang sebenarnya. aku ingin benar-benar menjadi diriku sendiri. aku benci pada semua sandiwara dan kemunafikan yang memaksa aku harus terlihat baik-baik saja setiap saatnya. sejujurnya aku membenci kehidupan ini. namun tetap (harus) bersyukur.
I'm just broken inside.